Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Bergabung (9)

Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Bergabung (9)

Dan tatkala sinar matahari mulai mengangkat embun dan dedaunan yang basah berkilau tertimpa cahayanya, Toh Kuning dan Gubah Baleman telah berada di dalam bilik khusus Ki Tumenggung Lembu Pitungan. “Aku telah lama menunggu kedatangan kalian,” berkata Lembu Pitungan. Ia menatap tajam Toh Kuning lalu lanjutnya, ”Aku telah menerima pesan dari Begawan Bidaran sebelum Ki Rangga Gubah Baleman datang di padepokan. Aku kira aku tidak perlu mengulangi isi pesan itu karena segala hal telah jelas.” Lembu Pitungan melihat kepada Gubah Baleman, ”Ki Rangga, aku ingin bertanya, apakah kehadiran Toh Kuning di dalam barak ini tidak akan menimbulkan keresahan?” Gubah Baleman tersenyum padanya, lalu berkata, ”Saya yakin ia akan dapat menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Lingkungan prajurit adalah sesuatu yang baru baginya tetapi kehidupan di barak tidak jauh berbeda dengan padepokan.” Lalu ia menoleh pada Toh Kuning, ”Setiap kesalahan akan menimbulkan kesan yang berbeda untuk setiap perjumpaan yang baru. Mungkin kau adalah prajurit muda tetapi kepandaianmu sudah sedemikian tinggi, jadi, aku harap kau benar-benar mampu mengamati keadaan dan hatimu sendiri.” “Dari mana kau mendapat keyakinan seperti itu, Ki Rangga?” Ki Tumenggung Lembu Pitungan bertanya dengan dahi berkerut heran. “Saya mengenal gurunya dan saya telah memburu anak ini sejak lama. Sehingga dapatlah saya katakan bahwa saya mengenal perkembangan anak ini seperti mengenal anak sendiri,” jawab Gubah Baleman. Ki Tumenggung Lembu Pitungan manggut-manggut sebentar. Lalu ia memutuskan, ”Baiklah, Ki Rangga, kau dapat bermalam disini atau mungkin kau akan kembali ke barak pasukanmu jika itu kau rasa perlu. Dan Toh Kuning, kau harus bersiap karena menjelang siang ini, aku akan mengumpulkan semua peserta yang ingin menjalani berbagai tahapan untuk menjadi prajurit. Kau akan bergabung bersama mereka.” Gubah Baleman menganggukkan kepala, berpaling pada saudara seperguruan Ken Arok,  lalu berkata padanya, ”Toh Kuning, tidak ada perlakuan istimewa bagi orang yang mempunyai kemampuan khusus. Kau harus menjalani setiap tahapan. Langkah demi langkah.” Ki Tumenggung Lembu Pitungan memandang keduanya bergantian. Lalu ia berkata, ”Baiklah, kita akhiri pertemuan ini. Pelaksanaan segera aku mulai dan Toh Kuning dapat beristirahat sebentar di ruang dalam sebelah sanggar tertutup.” Demikianlah kemudian Gubah Baleman beranjak menuju bilik yang disediakan khusus bagi perwira, sementara Toh Kuning menuju ruangan dalam untuk bergabung dengan para pemuda Kediri yang ingin menjadi prajurit.Di dalam ruangan, Toh Kuning melihat banyak orang yang sebagian tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak muda. Beberapa di antara mereka tidak dapat menyembunyikan rasa tegang dari raut wajah.. Sebagian orang berbuat sesuatu untuk mengalihkan ketegangan yang mereka alami. Lalu tingkah laku mereka itu kadang mengundang rasa geli dan tawa. “Kau berkeinginan menjadi prajurit?” bertanya seorang lelaki yang duduk di samping Toh Kuning. “Ya, aku ingin menjadi prajurit,” jawab Toh Kuning singkat. “Dari mana asalmu?” “Aku berasal dari Tumapel.” “Kau bukan orang Tumapel,” kata lelaki itu dengan mata menyelidik. “Aku lahir di Tumapel, lalu merantau ke kotaraja dan baru beberapa bulan terakhir aku kembali ke Tumapel,” jawab Toh Kuning. “Oh, aku mengerti,” lelaki itu menganggukkan kepala. Kemudian seorang prajurit memasuki ruangan itu dan memberi-tahukan bahwa persiapan kecil akan dilakukan. “Kita akan mencobanya, Ki Sanak. Seandainya kita menemui kegagalan, setidaknya kita telah berhasil mengenali diri kita sendiri,” berkata Toh Kuning pada orang di sampingnya sambil bangkit berdiri. Lelaki itu mengangguk lalu mereka berdua berjalan bersama-sama peserta lainnya menuju bagian tengah halaman yang berada di tengah-tengah barak. (bersambung)      

Sumber: