Silaturahmi Ulama dan Umara, Jaga Kota Malang Tetap Kondusif

Silaturahmi Ulama dan Umara, Jaga Kota Malang Tetap Kondusif

Malang, memorandum.co.id - Dandim 0833/Kota Malang Letkol Kav Heru Wibowo Sofa, bersama Wali Kota Malang, Sutiaji buka puasa bersama  dengan ulama Madura se Kota Malang di Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar, Perum Brawijaya Residence RW 03 Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Sabtu (09/04/2022). Dalam sambutannya, Wali Kota Malang mengatakan, keberhasilan anak-anak juga berasal dari asupan yang baik dan halal, dari orang tuanya. Karena itu, terkait kehalalan makanan, sangat diperlukan. "Misalnya daging ayam. Saat ini rumah potong hewan mampu memotong 25.000 potong ayam, secara syar'i," terangnya. Selain itu, pihaknya juga telah merazia di 11 titik warung penjual olahan daging anjing. Razia dilakukan, terkait adanya Undang Undang tentang Perlindungan Hewan. Sementara itu Dandim 0833/Kota Malang Letkol Kav Heru Wibowo Sofa, mengaku bangga dan senang, dapat bersilaturahim dengan para ulama. Apalagi dirinya, orang asli Madura. "Saya senang bisa bertemu langsung dengan para ulama Madura. Beliau-beliau merupakan orang tua saya dan panutan saya," jelasnya. Karena itu, ia tidak lupa meminta doa agar dirinya sebagai putra Madura mampu menjalankan tugasnya di Kota Malang dengan baik. "Semoga silaturahmi ini bisa terus terjalin. Guna menjaga sinergitas antara ulama dan umara dalam menjaga Kota Malang tetap aman dan kondusif," lanjutnya. Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar/Ketua Respek Indonesia, Ust. Ahmad Muwafiq Shaleh, S.Sos.,M.Si. menyinggung masalah halal. Pria yang kini sedang manempuh studi doktoral di sosiologi FISIP UB ini menilai, Malang Halal merupakan suatu pendekatan di dalam manajemen kota. Dimana proses yang dilakukan dari seluruh aspek adalah berbasis kepada dalam tanda kutip halal. "Halal di sini, adalah proses yang dilakukan. Itu sesuai dengan nilai-nilai fitrah kemanusiaan. Sesuai dengan nilai spiritualitas keagamaan, tuntunan dari manajemen yang sehat dan manajemen yang baik," terang Akhmad Muwafik Saleh. Secara sederhana, Muwafik memahaminya, bahwa kota itu harus memenuhi nilai-nilai spiritualitas dari warganya. Jauh dari korupsi, jauh dari hal yang dilarang agama. "Dari aspek pengelolaan wisata misalkan. Bermakna, wisata harus bersih dari praktek- menciderai terhadap nilai fitrah kemanusiaan dan tindakan negatif. Contohnya, minuman keras dan termasuk mengeksploitasi seksualitas," pungkasnya. (edr)

Sumber: