Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Sampai Jumpa, Ken Arok! (6)

Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Sampai Jumpa, Ken Arok! (6)

“Biadab!” lurah prajurit membentak nyaring. Ia melihat perlakuan yang diterima oleh jasad kawan-kawannya. Mereka telah mati, lalu kepuasan apa yang dicari orang-orang ini? pikirnya. Darahnya mengalir lebih cepat, jantungnya berdentam lebih kuat. Ia sangat marah dan ingin keluar dari arena pertempuran. Bukan karena takut disiksa atau menerima perlakuan kejam, lurah prajurit tidak sampai hati melihat kawan-kawannya yang nyaris tidak utuh lagi jasadnya. Walaupun ia seorang diri yang tersisa, tetapi ia adalah prajurit Kediri yang dilantik oleh Sri Baginda Kertajaya ketika membentuk kesatuan khusus guna mendukung Ki Gubah Baleman. “Saya  tidak mempunyai pilihan lagi, Ki Lurah,” berkata pelan Toh Kuning. Tiba-tiba ia menarik keris dari balik punggungnya kemudian berjungkir balik di atas kepala lurah prajurit. Toh Kuning telah keluar dari garis serang lurah prajurit. Dan kini keduanya kembali berhadapan dengan lutut sedikit menekuk dan mata Toh Kuning terlihat menyala-nyala. Perasaan lurah prajurit tergetar hebat melihat perubahan yang terjadi pada diri Toh Kuning. Betapa seorang anak muda yang bermanis muka ketika berbicara dengannya, kini berubah menjadi pemangsa haus darah. Sekujur tubuh Toh Kuning yang basah oleh darah dan bercampur keringat di bawah timpa remang cahaya menimbulkan kengerian bagi orang yang melihatnya. Senyum  ramah dan hangat dari Toh Kuning telah beralih menjadi seringai yang ganas, tatap mata itu mengandung hawa kematian. Lurah prajurit tidak dapat membiarkan Toh Kuning mengembangkan olah geraknya, meskipun ia tahu bahwa pemuda ini berkelahi setengah hati pada mulanya tetapi lurah prajurit telah melihat keganasan pengikut Ki Ranu Welang.  Dalam kesempatan itu lurah prajurit mendapat kesempatan untuk mengatur untuk meloncat mendahului Toh Kuning. Senjata lurah prajurit itu merupakan senjata yang berbahaya. Senjatanya adalah sebatang pedang yang mempunyai gerigi tajam di bagian punggungnya sehingga pedang itu benar-benar mengerikan. Pedang lurah prajurit berputar dan terayun dengan dahsyat. Setiap sabetan pedang selalu diikuti desing angin  yang mendengung keras sehingga dapat dibayangkan betapa besar tenaga lurah prajurit Kediri itu. Namun lawan yang dihadapinya adalah Toh Kuning, seorang saudara seperguruan Ken Arok, yang mempunyai ilmu setingkat dengan Ken Arok dan telah mendapat pengakuan dari gurunya untuk memberi pelajaran pada cantrik-cantrik dengan tingkatan dibawahnya. Oleh karenanya Toh Kuning adalah lawan berat bagi lurah prajurit. Ia berkelahi dengan tangkas dan cekatan,. Keris ditangannya seperti mempunyai ribuan mata. Keris itu seperti mengetahui setiap lubang pada dinding pertahanan lurah prajurit. Pertempuran keduanya menjadi semakin hebat dan dahsyat. Dengan cepat keduanya beranjak menuju puncak ilmu masing-masing sehingga mereka telah tenggelam dalam perhatian untuk mengembangkan arus serangan dan benteng untuk bertahan. Lurah prajurit tampaknya sudah tidak terpengaruh dengan keadaan kawan-kawannya. Betapa pun ia merasa sangat marah karena kekejaman lawan-lawannya tetapi ia menyadari bahwa kemarahannya tidak akan dapat menghidupkan prajurit yang telah terbunuh. Oleh sebab itu, lurah prajurit menumpahkan seluruh perasaannya dalam olah gerak yang berbahaya dan mematikan. Ia tidak ingin hilang dalam keseimbangan meskipun akan berakhir dengan kematiannya. Maka kali ini ia menumpahkan segala yang tersisa dengan bertarung sepenuh tenaga dan kecepatan. Toh Kuning sejauh ini masih dapat mengimbangi lurah prajurit. Ia adalah pemuda yang lincah dan tangkas serta mempunyai kelebihan nalar. Seringkali Toh Kuning menambahkan sendiri gerakan yang tidak diajarkan oleh gurunya dalam bagian-bagian tertentu dari ilmu perguruan Purna Bidaran. Berkali-kali lurah prajurit mengeluarkan seruan tertahan karena ia terkejut dengan olah gerak Toh Kuning yang dirasanya sangat aneh dan membingungkan. Anak muda yang lincah dan cekatan. Geraknya kadang-kadang terlihat aneh dan membingungkan. “Kau tidak akan lama bertahan!” kata lurah prajurit sambil menjulurkan pedang ke bagian leher Toh Kuning. (bersambung)    

Sumber: