Kisah Inspiratif Wasek MUI Jatim dalam Menyambut Ramadan
Surabaya, memorandum.co.id - Awal puasa 1 Ramadan 1443 H dipastikan jatuh pada Minggu (3/4/2022). Menyambut Ramadan tahun ini, ada beragam persiapan yang dilakukan oleh umat Islam, tak terkecuali oleh aktivis perempuan, Lia Istifhama, yang juga Wakil Sekretaris MUI Jatim. Bagi perempuan asal Wonocolo ini, bulan suci Ramadan menjadi momentum untuk meningkatkan penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wata'ala. Dijelaskan olehnya, selain menggeber kegiatan ibadah wajib, juga ada beragam tradisi yang akan dilaluinya seperti umat Islam yang lain, terutama yang memiliki kultur Jawa. Tradisi-tradisi tersebut di antaranya seperti megengan, ziarah ke makam keluarga, dan silaturahmi antarsesama. “Alhamdulillah, dalam keluarga besar kami, tradisi jelang Ramadan berjalan seperti halnya umat Islam lainnya yang berbahagia menyambut bulan suci," ujar Ning Lia, Sabtu (2/4). "Sebagai contoh Ibu Gubernur Khofifah, beliau memberi teladan berziarah ke makam keluarga. Hal ini sebagai pengingat bahwa kita semua akan meninggal dan sekaligus mengenalkan kepada anak-anak tentang siapa kakek-nenek mereka. Tetap didoakan meskipun sudah wafat," imbuh keponakan Gubernur Jatim ini. Ning Lia menambahkan, tradisi megengan yang identik dengan tasyakuran di musala perkampungan, juga dilakukan oleh keluarga besarnya. “Seperti halnya warga lainnya, kami juga turut sumbangsih dalam tradisi megengan di musala atau diantar ke rumah tetangga sekitar. Hal ini sebagai bentuk penguatan silaturahmi bersama warga lainnya, dan sekaligus menjaga tradisi yang selama ini dicontohkan oleh keluarga," terangnya. Mengenai kesiapan menyambut Ramadan, Ning Lia pun berharap masyarakat tetap menjaga porsi waktu untuk bekerja dan berkarya di tengah menjalankan ibadah. Bahkan, dirinya menjelaskan sebuah kisah inspiratif yang didapatnya pada saat malam Ramadan. “Pada malam Ramadan dua tahun silam, saya teringat almarhum ayah saya (KH Masykur Hasyim, red). Tiba-tiba muncul sebuah dorongan untuk membaca kitab-kitab hadis maupun kitab-kitab fiqih. Dari hal tersebut, muncul inspirasi menulis ulang kisah sejarah yang terjadi dalam setiap bulan suci Ramadan, seperti perang Badar dan sebagainya," kenang putri tokoh NU ini. “Dan dari kebiasaan membaca pula, saya dapatkan banyak petuah-petuah agama yang sangat penting untuk disyiarkan dalam publik," tambah Ning Lia. Hal demikian, menurut Ning Lia menjadi bukti bahwa malam bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk memperdalam ilmu dan mengajak akal pikiran untuk berkarya. "Salah satunya dengan memperbanyak tulisan inspiratif,” ujarnya. Saat disinggung mengenai situasi ekonomi, Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim ini lantas berharap ketersediaan dan harga pangan dapat berjalan normal, sehingga masyarakat bisa beribadah puasa dengan tenang. “Semoga tahun ini semuanya normal, terutama berkaitan sembako, yaitu beras, minyak goreng, dan kebutuhan konsumsi sehari-hari. Situasi yang normal menunjukkan ikhtiar menghormati umat Islam yang sedang beribadah puasa. Harapan saya, situasi ekonomi yang normal terus terjaga, terlebih jelang lebaran, agar semua masyarakat bahagia dan tenang,” pungkasnya. (bin)
Sumber: