Sekali-Dua Kali Tatap Muka, Cewek Pasti Klepek-Klepek
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Pernah mendengar pertanyaan guyonan seperti ini, “Istrimu masih tetap satu, Yit?” Kalau iya, artinya Anda pasti juga pernah mendengar jawaban atas guyonan tadi seperti ini, “Iya. Satu di Gresik, satu di Semarang, dan satu di Bandung.” Ternyata itu bukan sekadar guyonan. Ada pelakunya di dunia nyata. Dia bahkan berhasil mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan ketiga istrinya masing-masing hingga belasan atau puluhan tahun. Namanya sebut saja Prayitno dan akrab disapa Oyik (54). Ia ahli di bidang jaringan komputer. Sudah sekitar 29 tahun dia bekerja di sebuah badan usaha milik negara (BUMN) bidang keuangan. Pekerjaannya berkeliling dari satu kantor cabang ke kantor cabang lain membenahi setiap ada ganggguan. Tenaganya seperti tidak bisa terganikan orang lain, karena Oyik selalu memiliki inovasi-inovasi baru. Fisiknya memang kecil. Tapi, justru kekecilan itu seperti menunjang aktivitas dia yang harus lincah meloncat ke sana kemari, terbang ke sana kemari, dll dsb dst. Dia terkesan pendiam. Tapi, itu hanya kesannya. Kalau diajak ngobrol dan ternyata nyambung, dia sanggup menghabiskan kepingan umur hanya untuk jagongan dengan ditemani secangkir kopi pahit dan sekerat gorengan. Semalaman, bahkan dua hari dua malam, bisa lewat. Gaya bicaranya yang santun sanggup menghipnotis lawan bicara. Tidak jarang orang yang berniat berdebat dengannya tentang suatu hal, pada akhir pembicaraan tanpa sadar justru masuk ke dalam bingkai pemikirannya. Fakta ini sering dialami Memorandum, yang sudah mengenal Oyik sejak dia berkuliah pada jurusan listrik arus lemah di perguruan tinggi negeri Surabaya. Memorandum sendiri berkuliah di IKIP Negeri Surabaya, yang kini berganti nama menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Kami bertemu dalam organisasi mahasiswa Islam cabang Surabaya. Kami sama-sama dipercaya sebagai pengurus di departeman seni budaya. Dia memanggil Memorandum dengan sebutan Yuseb, akronim YUli SEtyo Budi. “Biar Ente nggak terkesan medoki. Masak orangnya brewokan dan tinggi-besar dipanggil Yuli, hiii… ngeri. Njelehi. Kalau dipanggil Seb, Yuseb… kan keren? Malah terkesan koyok wong Londo Inggris,” katanya disusul tawa ngakak. Sampai sekarang pun masih banyak kenalan Memorandum yang menyapa Yuseb. Memang keren sih (wkwkwk wcwcwc). Itulah salah satu pengaruh komunikasi Oyik. Kalau kekuatan komunikasi Oyik teradap lawan jenis, wow… jangan ditanya lagi. Dengan sekali atau dua kali tatap muka dalam komunikasi santai saja, dijamin perempuan itu pasti klepek-klepek. Karena itu, teman-teman banyak yang menganggap wajar (atau tepatnya kurang ajar?) ketika Oyik mengoleksi banyak pacar. Di mana pun komunitas yang pernah dia singgahi, pasti ada satu-dua cewek yang jatuh hati kepadanya. Minimal mengagumi sosoknya. Jujur saja, Memorandum banyak berguru soal ini. “Seb, keliru kalau Ente menganggap aku salah memilih jurusan listrik arus lemah. Belum tentu arus kuat itu memiliki power besar. Kalau pandai mengelola, arus lemah pun bisa memiliki power yang dahsyat. Tidak percaya? Tunggu saatnya nanti.” Oyik ngomong seperti itu dengan nada guyon dalam obrolan ringan di sebuah warung kopi selepas kami mengikuti kegiatan di Pacet, Mojokerto. “Sori, aku tak mengalirkan arus lemahku ke hati seorang cewek,” kata Oyik pamit, sambil mengedipkan mata dan berlari menuju cewek yang duduk sendiri di pinggiran aliran sungai. Dia kader baru organisasi. (bersambung)
Sumber: