Sok Berkuasa, Suka Ngatur (2)

Sok Berkuasa, Suka Ngatur (2)

Tanya: Kok Gak Pernah Keramas?

Pagi harinya Didik mencoba menengahi persoalan yang timbul di antara Dewi dan Maria. Didik melihat wajah Dewi sangat tegang. Berbeda dengan Maria yang tampak tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Ketika ditanya Didik mengapa ibundanya memberhentikan asisten rumah tangga, Maria tidak menjawab. Dia hanya diam seraya memandang Didik dan Dewi bergantian. Melihat kenyataan tersebut, Didik berkalkulasi sendiri, “Ya sudahlah. Pekerjaan rumah mungkin bisa diselesaikan Dewi sepulang kerja. Masak bisa dilakukan sebelum pergi kerja.” Dewi tampaknya geram dengan sikap Didik yang hanya diam, lholak-lholok seperti orang goblok anyaran  melihat sikap sang ibu. Tanpa ba-bi-bu Dewi berdiri dan berjalan cepat masuk kamar. Teriakan Didik dan Maria tidak dihiraukan. Didik berdiri hendak menahan langkah Dewi, tapi ditahan ibundanya. “Biarkan. Jangan dimanja. Kamu sebagai lelaki harus bisa mendidik istri agar tidak manja,” kata Maria seperti dikatakan Didik. Didik juga bercerita bahwa ibundanya menasihati begini, “Kamu jangan sekali-kali seperti kakakmu. Lelaki kok lemah. Semua diatur istri. Jangan seperti itu. Ibunda dulu sangat patuh kepada almarhum Ayahandamu. Kalau Ibunda dulu suka memerintah, itu karena Ayahanda orangnya memang butuh dorongan.” Didik mengaku tidak tahu harus bersikap bagaimana kepada ibunya. Di satu sisi dia tidak mau menjadi anak durhaka yang suka membantah, tapi di sisi lain dia melihat kali ini istrinya tidak bisa terlalu disudutkan. Faktanya Dewi memang tidak salah. Ada satu lagi persoalan yang sangat membingungkan. Masih soal campur tangan ibu. Suatu saat dia mendengar sendiri Maria menegur Dewi sang sedang memanaskan air untuk membuat teh dan kopi. Pembicaraan itu dituliskan Didik seperti ini: “Nduk, kamu tidak pernah begituan ya sama anakku?” tanya Maria. “Begituan apa maksud Ibu?” “Wis gerang kok ra ngerti bahasae wong tuwo. Begituan ya begituan… Itu lho, tidur bareng.” “Tidur bareng? Ya tiap malam toh Buk.” “Maksud Ibuk bukan hanya tidur bareng, tapi begituan. Begituan-begituan.” “Oh. Sering Buk,” kata Dewi sambil menahan senyum. Ini sekilas terlihat oleh Didik yang menguping pembicaraan itu dari balik korden. “Tapi kok kamu tidak pernah kelihatan mandi keramas? Kamu jangan  bohongi Ibuk.” “Yan nanti kalau waktunya mandi keramas Ibu takbilangi,” kata Dewi asal omong. Atau, lanjutnya, “Kalau mau begituan nanti Ibu akan saya laporin. Lalu Ibu bisa mengintip kami lewat korden  atau ventilasi.” Dijawab kasar seperti itu Maria spontan marah dan melemparkan piring yang sedang dipegang ke arah menantunya. “Ibu kok marah?”   (jos, bersambung)    

Sumber: