Kasus Omicron Anak Dominan, DPRD Surabaya Dorong Integrasi UKS dengan Puskesmas

Kasus Omicron Anak Dominan, DPRD Surabaya Dorong Integrasi UKS dengan Puskesmas

Surabaya, memorandum.co.id - Kasus Covid-19 kembali meningkat di Kota Surabaya, khususnya varian Omicron. Celakanya, dari hasil laporan ditemukan bahwa kasus Omicron paling banyak menjangkiti anak-anak usia 5-17 tahun, dengan persentase lebih dari 17%. Menilik ini, Ketua Fraksi PSI DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono menyoroti kondisi keselamatan dan kesehatan siswa di lingkungan sekolah. Untuk itu dia mendorong agar integrasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan puskesmas ditingkatkan sebagai upaya mitigasi kasus Omicron pada anak. “Terkait dengan banyaknya kasus Covid-19 pada anak di Surabaya, saya meminta agar fungsi dan fasilitas UKS di setiap sekolah lebih dimaksimalkan lagi. Perlu adanya integrasi antara UKS dan puskesmas, khususnya untuk menggalakkan testing dan tracing di sekolah,” ujar Tjutjuk yang juga anggota Komisi D DPRD Surabaya ini, Selasa (22/2/2022). Menurut Tjutjuk, idealnya manakala siswa menunjukkan gejala saat berada di sekolah yakni, siswa harus dikeluarkan dari kelas dan ditempatkan di UKS sampai orang tua atau wali dapat menjemput mereka. Selanjutnya, pihak UKS sekolah memberikan surat rujukan untuk melakukan antigen di puskesmas terdekat secara gratis. Jika hasil tes negatif, siswa dapat kembali ke sekolah. Jika positif, siswa harus isoman dan sekolah perlu untuk tutup sementara, sekaligus dilakukan tracing. "Dengan menggalakkan testing dan tracing di sekolah, saya yakin lonjakan kasus di sekolah dapat ditekan,” kata Tjutjuk. Tjutjuk menandaskan, pilihan untuk menutup sekolah secara masif dan mengembalikan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan pilihan akhir. Sebab, varian Omicron memiliki gejala yang ringan dan mirip dengan flu biasa. Di samping itu, PJJ yang berkepanjangan terbukti menurunkan kompetensi belajar siswa (learning loss), sehingga menjadi penting bagi siswa untuk terus melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). “Inovasi metode pembelajaran di masa pandemi ini juga perlu dilakukan oleh sekolah. Seperti pembelajaran di luar kelas atau outdoor learning. Dengan memperbanyak kelas outdoor, maka siswa mendapatkan aliran udara yang baik dan alami," paparnya. "Selain itu, pembelajaran di luar kelas memiliki resiko yang rendah dalam penularan Covid-19 jika dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas. Sistemnya bisa dibuat mix, misalnya 3 hari di dalam kelas dan 2 hari di luar kelas,” sambung Tjutjuk. Di samping itu, Tjutjuk mengimbau agar orang tua waspada dan terus membimbing anak-anaknya untuk disiplin protokol kesehatan. Meskipun sebagian kasus Omicron memiliki gejala yang ringan, namun dia meminta orang tua tak menyepelekan situasi ini. Sampai saat ini, penambahan kasus aktif harian di Kota Surabaya adalah sebesar 2.195 jiwa, dengan total sembuh mencapai 1.922 jiwa. Sementara, untuk pasien yang meninggal dunia bertambah 6 orang. (bin)

Sumber: