Ilija “Spasogoal” Spasojevi?, The Prince of Bali

Ilija “Spasogoal” Spasojevi?, The Prince of Bali

Catatan Eko Yudiono Wartawan Memorandum Surabaya, memorandum.co.id - Tidak berlebihan jika llija “Spasogoal” Spasojevic’ diberikan julukan The Prince of Bali (Pangeran dari Bali). Pemain kelahiran Montenegro yang sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI) itu adalah ikon penting Bali United di pentas kompetisi BRI Liga 1 musim ini. Kontribusi gol-golnya membuat tim asuhan Stefano “Teco” Cugura itu masih bersaing di papan atas. Sekitar 10 tahun berkarir di Indonesia, Spaso sudah mendapatkan segalanya. Mulai juara bersama Bhayangkara FC pada 2017 juga Bali United di musim 2019. Bali bisa dibilang sangat bersahabat dengan Spaso. Di Bali, dia menemukan jatidirinya sebagai penyerang sejati. Jika dia akhirnya pensiun di klub yang bermarkas di Pulau Dewata ini, namanya patut digoreskan dengan tinta emas. Ya, Spaso bukan hanya sebagai pemain, tetap dia sudah menjadi ikon. Tidak berlebihan jika The Prince of Bali layak disematkan sebagai julukan atas performanya di lapangan bersama Bali United. Musim 2019, Spaso turut berkontribusi membawa Bali United untuk kali pertama mengangkat tropi juara kompetisi kasta tertinggi di Indonesia Liga 1. Meski tidak muda lagi, Spaso mencetak 16 gol di musim itu. Luar biasa! Penyerang 34 tahun itu sejatinya bukan pertama kali menginjakkan kaki di Bali. “Spasogoal” julukan lain pemain naturalisasi itu pada 1 Januari 2011 resmi menandatangani kontrak dengan Bali Devata yang ketika itu bermain di Liga Premier Indonesia (LPI). Dalam setengah musim Spaso mencetak 8 gol. Setelah bermain untuk Bali Devata, Spaso berpindah ke PSM Makassar. Di klub berjuluk Ayam Jantan dari Timur itu, ketajaman Spaso tidak berubah. Penyerang 189 cm itu mencetak 19 gol dan menjadi top skor klub. Pelabuhan selanjutnya adalah Mitra Kukar pada 2013. Nama Spaso tercatat fenomenal di klub asal Kalimantan Timur itu. Dalam satu pertandingan di Liga Super. Spaso mencetak 5 gol dalam kemenangan Mitra Kukar 8-2 dari PSP Pekanbaru. Dia adalah pemain pertama yang mencetak 5 gol dalam satu pertandingan. Rekor ini belum terpecahkan hingga saat ini. Musim 2014, Putra Samarinda menjadi pelabuhan terbarunya. Pada musim itu, Spaso mencetak 10 gol dan menjadi top skor ketiga di kompetisi. Perjalanan karirnya kemudian mencatat namanya sebagai pemain Pelita Bandung Raya (PBR), namun karena masalah finansial, Spaso akhirnya berpindah ke Persib Bandung. Di Bandung, total Spaso mencetak 7 gol dalam 8 kali penampilannya. Setelah itu, Melaka United, menjadi pelabuhan barunya. Di klub Negeri Jiran ini, Spaso membawanya juara Malaysia Premier League 2016. Total ia mencetak 30 gol dalam 35 kali penampilan. Dua musim di Malaysia, rasa kangen terhadap Indonesia membawanya ke klub Bhayangkara FC di musim 2017. Gol-golnya membawa tim yang afiliasi dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ini menjadi kampium di musim itu. Ia mencetak hat-trick ketika mengalahkan Madura United 1-3 di kandang sekaligus mengunci gelar juara Liga 1 musim itu. Bali ternyata tidak bisa dilupakan begitu saja oleh Spaso. Kenangan indah meski hanya setengah musim membuat kerinduannya memuncah. Musim 2018, Spaso akhirnya resmi berseragam Bali United. Kenangan di 2011 membuatnya sangat bersemangat. Sayang, di musim itu, Bali United hanya finish di urutan ke-11 klasemen. Namun Spaso tidak putus asa. Pergantian pelatih baru di Bali United membuatnya sangat bersemangat. Hari yang ditunggupun tiba. Spaso akhirnya mengangkat tropi juara bersama Bali United di musim keduanya atau musim 2019. Torehan 16 gol makin melengkapi titel juara. Performa Spaso yang stabil membuatnya menjadi salah satu penyerang handal di pentas kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Gol-golnya bukan hanya melalui kaki. Heading Spaso juga terbilang maut dan mempunyai akurasi yang luar biasa. Karena itu, layak jika julukan “Spasogoal” juga disematkan kepadanya. Karena sebagai seorang striker, dia mempunyai kemampuan komplit. Dengan tinggi 189 cm, duel bola atas menjadi ‘makanannya’. Naruli golnya di penalti box juga luar biasa. Begitu juga dengan penempatan posisinya. Sebagai seorang striker yang selalu berduel dengan pemain belakang, Spaso mempunyai kemampuan mengintimidasi sehingga lawan keder dan lupa akan tanggung jawabnya untuk mengawal Spaso. Otavio Dutra salah satunya. Bek asing yang juga sudah naturalisasi ini menyebut, Spaso adalah lawan yang tangguh di lapangan. “Pertama kali saya berhadapan dengan Spaso ketika dia berseragam Bali Devata sedangkan saya di Persebaya 1927. Tidak mudah menjaga Spaso. Sebab meski tinggi dia juga cepat,” ungkap Dutra. Karena itu, ketika berada satu tim dengan Spaso pada 2017 di Bhayangkara FC, Dutra sangat senang. “Artinya tugas saya satu lebih ringan karena dia (Spaso) bukan lagi lawan tapi menjadi teman,” beber Dutra yang akhirnya mengangkat tropi bersama di musim itu. Pujian bukan hanya dari pemain melainkan juga dari pelatih. Stefano “Teco” Cugurra, pelatih Bali United menyebut, Spaso adalah penyerang berbahaya. Karena itu, ketika masih menjadi pelatih Persija, Teco memberikan instruksi khusus agar mematikan pergerakan Spaso. “Karena dia (Spaso) adalah pemain yang kuat dan bisa cetak gol dalam setiap kesempatan,” ungkap pelatih asal Brasil itu. Strategi mematikan Spaso berhasil di babak final Piala Presiden. Persija akhirnya mengalahkan Bali United di Stadion Gelora Bung Karno. Namun, meski Spaso tidak mencetak gol di laga itu, Teco langsung kesemsem dengan performanya. Maka ketika Teco resmi menjadi pelatih Bali United musim berikutnya, tidak lupa dia menjadikan Spaso sebagai penyerang utamanya. Pilhan Teco tidak salah, Spaso kemudian menjadi striker yang haus gol di Bali United. Musim 2019 tidak akan pernah dilupakan Teco. Bersama Spaso, dia kembali mengangkat tropi juara setelah musim sebelumnya bersama Persija. Kini, di musim 2021/2022, Spaso masih memimpin daftar pencetak gol terbanyak dengan 18 gol. Keran gol Spaso kemungkinan akan terus bertambah karena kompetisi masih berjalan. Bali United juga masih bersaing dengan Arema FC di papan atas untuk kembali merebut juara. Jika performa Spaso tetap stabil, bukan tidak mungkin dia akan kembali mengangkat tropi juara musim ini. Lebih dari itu, The Prince of Bali sudah layak disandang dan disematkan dinamanya yang sudah lebih tenar Ilija "Spasogoal" Spasojević. (*)

Sumber: