Hubungan Mendadak Diputus, Pingsan di Rumah Makan
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Ketika Dono menjelaskan bahwa Rina yang dimaksud adalah Rina Sahaya, putri Pak Heri, tubuh Dani lemas. Dia meraih pundak Dono dan mengguncangkan keras-keras, “Jangan Kak. Urungkan.” Dani juga memaksa pakdenya yang memegang kemudi menghentikan kendaraan. “Kita tidak bisa melanjutkan lamaran ini. Aku tidak rela kakakku menjadi korban cewek brengsek itu,” kata Dani. Nadanya penuh amarah. Dia juga minta pakdenya putar balik dan pulang. “Kita tidak bisa membatalkan lamaran begitu saja,” kata Abah. “Itu karena Abah tidak tahu siapa bakal menantu Abah yang sebenarnya,” sela Dani. “Tapi, aku berjanji dengan Rina untuk tidak mengungkap masa lalu masing-masing. Kami sudah sepakat,” kata Dono, yang minta mobil dihentikan saja di sebuah masjid dan diskusi dilanjutkan di sana. Masjid mana pun. Pakde dan Abah setuju. Semua sepakat. Mobil pun diarahkan ke alun-alun, karena di alun-alun pasti ada masjid jami’. Sebelum sampai sana, Dani tiba-tiba membuka percakapan lagi. “Rina adalah mantan pacarku, Kak,” kata Dani sambil menatap wajah Dono. Dono diam tak bereaksi. “Rina adalah mantan pacarku, Kak. Kami baru saja putus. Belum sampai setahun lalu,” kata Dani. Menurut Dani, sebelumnya dia serius berpacaran dengan Rina. Sampai suatu hari dia bermain ke rumah seorang teman. Ibunya bidan di kawasan Saradan. Saat itulah dia mengetahui Rina berada di sana. Dani sengaja tidak menyapa dan ingin tahu apa yang dilakukan pacarnya di rumah bidan. Setelah Rina pulang, Dani yang akrab dengan keluarga temannya itu bertanya kepada ibunda temannya yang bidan tadi. “Ngapain cewek tadi, Te?” “Ih mau tahu urusan orang saja. Nggak boleh. Dosa.” “Hanya ingin tahu, Te.” “Dengerin ya. Tapi jangan ditiru. Cewek tadi minta digugurkan. Kandungannya sudah berumur empat bulan. Dikiranya Tante mau menolong yang gitu-gituan. Ih, najis deh,” kata perempuan yang sudah single parent itu. Dada Dani sontak berdetak kencang. Berdebar sangat keras. Rina adalah pacarnya, lantas dengan siapa dia hamil? Pertanyaan ini membuat kepalanya nyris pecah dan jantungnya nyaris meledak. Tak lama kemudian dia pamit. Rina yang sudah balik ke Surabaya untuk kuliah dipaksanya pulang ke Madiun. Tanpa ba-bi-bu lagi Dani langsung memutuskan hubungan. Rina menangis. Menyayat. Toni tanpa basa-basi lantas bertanya, “Dengan siapa kamu hamil?” Rina makin mengeraskan tangis. Tanpa jawab. Toni melanjutnya bertanya, “Mengapa kamu tega hendak menggugurkan bayi di dalam kandunganmu?” Rina tak lagi menangis. Pingsan. Dani segera meraih HP Rina dan menghubungi keluarga gadis tersebut, “Keluarga Anda pingsan di (Toni menyebut nama salah satu rumah makan di Madiun, red). Tolong dijemput.” (bersambung)
Sumber: