Rina Diputusin Pacar dan Menyelesaikan Masalah di Kampung

Rina Diputusin Pacar dan Menyelesaikan Masalah di Kampung

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Rina memandang mata Dono. Lekat-lekat. Seolah ingin mentransfer kesedihan di hatinya dan menimba kekuatan jiwa pemuda tersebut. “Jangan, Kak. Kakak orang baik dan tidak sepantasnya aku melibatkan Kakak ke dalam kesedihanku.” Dono pun pulang. Keesokan harinya dia kembali, tapi Rina tidak ada. Dia pulang kampung ke Madiun. Dono hanya ditemui si pembantu. “Mbak Rina pulang, Mas Dono,” katanya. Pembantu tersebut, sebut saja Yuk Nia, meminta Dono mendekatkan wajahnya. “Ini rahasia. Mas Dono jangan bilang-bilang tahu masalah ini dari saya,” kata Yuk Nia seolah berbisik tapi dengan suara keras. “Ada apa Yuk?” “Mbak Rina diputusin pacarnya. Sekarang mereka sedang menyelesaikan masalah. Tapi ini rahasia lho. Janji?” Dono tidak mengucapkan apa pun. Hanya tersenyum dan meraih kelingking Yuk Nia, lantas mengaitkannya dengan kelingking sendiri. Yuk Nia membalas senyum sambil mengacungkan jempol. Beberapa hari kemudian Rina balik ke Surabaya. Dono sama sekali tidak bertanya soal pacar, bagaimana kelanjutannya, atau membicarakan terkait masalah itu. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dono, yang sejak pandangan pertama menaruh hati terhadap Rina, malah mencoba memanfaatkan kekosongan hati gadis tersebut. Dono bertanya kepada Rina apakah punya teman yang masih jomblo dan ingin mencari pasangan? “Aku sudah lama ingin mencari pasangan,” kata Dono. Rina cuek. Tidak menanggapi sama sekali. Ia membahas soal lain, seolah tidak mendengar pernyataan Dono. Dono mencoba maklum karena Rina baru ditinggal cowoknya. Dono tidak putus asa. Hampir tiap hari dia melontarkan pernyataan dan pertanyaan yang sama. Sekitar tiga bulanan. “Kak Dono serius?” akhirnya Rina menanggapi. “Sejuta rius.” “Kriteria yang Kak Dono inginkan?” “Secara fisik atau kepribadian?” “Kalau secara fisik?” “Coba Rina menghadap cermin. Secara fisik, itulah yang Kak Dono mau.” Rina menahan senyum. “Kalau kepribadian?” “Penyabar seperti orang yang sedang Kakak hadapi sekarang.” “Ah… Kak Dono guyon.” “Ah… Kak Dono serius.” “Walaupun bekas pacar orang?” “Asal bukan pacar atau istri orang.” Tanpa ba-bi-bu Rina berlari masuk ruang tengah dan tidak kembali. Sampai Dono berpamitan pulang, yang hanya diantarkan Yuk Nia hingga pintu pagar. “Mbak Rina mengaku pusing, tidak bisa menemui Mas Dono. Katanya besok saja ke sini lagi,” kata Yuk Nia. Besoknya Dono kembali ke rumah Rina. Tapi, yang bersangkutan sedang tidur. Pulas. Yuk Nia tidak berani membangunkan. Pembantu zaman now yang modis dan nggaya ala Soimah ini dengan genit mengabarkan bahwa semalaman Rina badannya demam. “Tidurnya nglindur terus-terusan tapi tidak jelas apa yang diomongkan,” kata Yuk Nia. (bersambung)  

Sumber: