Dinkes Berikan Pelatihan Percepatan STBM di Lokasi Bencana

Dinkes Berikan Pelatihan Percepatan STBM di Lokasi Bencana

Lumajang, memorandum.co.id - Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mengadakan pelatihan Sanitasi Total berbasis masyarakat (STBM). Ini sebagai upaya peningkatan kompetensi petugas pengelolah kesehatan lingkungan dalam upaya mitigasi bencana dan pemicuan STBM kebencanaan di Kabupaten Lumajang. Diketahui saat ini masih banyak warga masyarakat yang berada di lokasi  pengungsian pasca terjadinya erupsi Gunung Semeru beberapa waktu lalu. Sehingga diperlukan proses panjang untuk kembali bangkit dan beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kegiatan pelatihan yang digelar selama 3 hari tersebut, diikuti oleh 25 peserta pengelola kesehatan lingkungan dari puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten Lumajang. Acara dipandu langsung oleh narasumber dari UNICEF Indonesia, Nyoman Eka. Kepala Dinas Kesehatan dr Bayu Wibowo Ign mengatakan, pelatihan STBM tersebut bertujuan agar tim kesehatan lingkungan dari dinas kesehatan maupun puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan lingkungan dan penguatan pilar STBM dalam situasi kebencanaan. “Nantinya peserta akan mampu untuk melakukan pemicuan STBM 5 pilar dalam situasi kebencanaan di lokasi pengungsian dan Huntara” jelasnya Tak hanya itu dengan pelatihan tersebut peserta juga diharapkan bisa menganalisa dan memberikan rekomendasi dalam upaya perbaikan pasca pemicuan STBM kebencanaan . “Peserta juga bisa meningkatkan kompetensi serta mampu melakukan pelayanan kesehatan lingkungan, pemeriksaan udara, air dan keamanan pangan dengan menggunakan sanitarian kit di pengungsian” tambahnya Selain diberikan materi pelatihan peserta diajak untuk terjun langsung ke pos pengungsian yang ada di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Hal tersebut dilakukan agar peserta bisa memantau situasi serta memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga bisa melakukan perubahan perilaku terkait 5 pilar STBM. Yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum/makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan limbah cair rumah tangga. Dengan adanya perubahan perilaku itu diharapkan nantinya bisa menumbuhkan gotong royong, kekompakan dan pemberdayaan pada warga pengungsi serta memaksimalkan ketersediaan fasilitas sarana sanitasi yang ada. “Sehingga warga terbiasa berprilaku yang benar” pungkasnya (ani)

Sumber: