Beli Barang Bonus di Ranjang (4)

Beli Barang Bonus di Ranjang (4)

Pernah Tiduri 10 SPG

Penulis: Tim Memorandum Pelayanan plus-plus yang diberikan sales promotion girl (SPG) kepada pelanggan ternyata tidak sekadar cerita dari mulut ke mulut saja. Memang tidak mudah untuk bisa membuktikan itu semua karena butuh kesabaran agar SPG itu bisa dipakai (bispak) di ranjang. Nono, bukan nama sebenarnya langsung tersenyum ketika mendengar fenomena SPG yang bisa di-booking order (BO) untuk melakukan hubungan intim. Pria 32 tahun ini mengaku tahu betul bagaimana perkembangan bisnis esek-esek saat ditemui Memorandum. Sepengetahuannya, SPG bispak di metropolis ini cukup banyak. Dari pengakuan pria bertato ini, setidaknya sudah ada sekitar 10 SPG yang pernah dikencani hingga ke ranjang. SPG itu di antaranya menjual produk minuman energi, voucher internet dan alat pencukur bulu. Tentu awal mula kenalnya tidak disengaja. Ia bertemu dengan SPG itu saat nongkrong di warung kopi (warkop) daerah Surabaya pusat. Gadis cantik yang dibalut baju produk minuman tiba-tiba menawarkannya. Berbagai rayuan dilontarkan SPG berperawakan seksi supaya Nono membeli barangnya. Bahkan, meski baru kali pertama bertemu tapi SPG itu meminta Nono untuk memborong sebuah minuman energi. Namun, Nono hanya membeli 12 minuman botol tersebut. Dari situ keduanya bertukar nomor WhatsApp (WA). Kemudian hubungan intens terjalin antara keduanya melalui pesan dan telepon WA. Hingga akhirnya di hari ketiga Nono mengajak SPG ke tempat kosnya di kawasan Siwalankerto. Di situ Nono memberikan uang Rp 250 ribu plus dengan rayuan membuat SPG tersebut klepek-klepek. Hingga keduanya menjalin hubungan intim layaknya pasangan suami istri (pasutri). "Karena orang yang mencari SPG plus-plus ini mencari sensasi berbeda layaknya orang pacaran. Berbeda dengan PSK murni yang maunya cuma berhubungan seksual," jelasnya. Ia pun memberi sedikit tips kepada Memorandum untuk membedakan mana SPG yang BO dan tidak. "Tapi saya sudah lama melakukan hal itu jadi sedikit banyak paham. Selain itu bisa diidentifikasi lewat cara berkomunikasi," paparnya. Modus transaksi SPG plus-plus, sepengetahuan Nono, paling sering adalah dilakukan dengan pemesanan dari mulut ke mulut. Jika seseorang mencari PSK berlatar belakang SPG, Nono menambahkan, lebih mudah mendapatkannya dari orang yang sudah pernah menggunakan jasanya. Namun jika berburu langsung, menurut dia, diperlukan keterampilan komunikasi yang baik. Sebab, seorang SPG tidak akan mungkin mendeklarasikan dirinya bisa di-BO secara terang-terangan. "Harus ada pendekatan khusus lebih dulu, ajak ngobrol dan pergi makan," katanya. Bahkan, biasanya seorang SPG akan menawarkan bagaimana caranya supaya produknya bisa diborong hingga ludes. "Dengan begitu kita lebih mudah untuk mendapatkan plus-plusnya itu. Tapi memang tidak hanya sekali, butuh hubungan intens dulu," terangnya. Jika pun ada SPG yang ketika sedang bekerja mendeklarasikan dirinya bisa di-BO, Nono menyatakan, biasanya pelanggan itu adalah orang pilihan yang memang dinilai sesuai dengan kriteria. Dia menambahkan, SPG plus-plus lebih suka orang yang secara usia lebih tua, memiliki jabatan dan tentunya berduit. Seorang SPG yang menjadi PSK, dia menambahkan, mayoritas terdorong karena gaya hidup, bukan lagi kebutuhan. Mereka ingin tampil serba punya dengan cara singkat. "Bukan karena kepepet mereka nekat melakukan hal itu, tapi karena gaya hidup dan suka senang-senang," ujarnya. Lain halnya pengalaman dari Tono (24), nama samaran, warga asal Sidoarjo. Ia mengaku pernah berkencan dengan beberapa SPG. Tono pun mengatakan bahwa tidak mudah untuk mendekati dan mengajak berkencan SPG tersebut. Waktu itu ia nongkrong bersama temannya di warung kopi (warkop) di dekat kampusnya. Saat itu ia mengerjakan tugas tiba-tiba didatangi beberapa  SPG yang menawarkan produknya. “Saat itu teman saya tidak menghiraukan adanya SPG tersebut. Awalnya  saya merasa kasihan lalu membeli beberapa produknya,” kata Tono. Ternyata dari rasa kasihan itu timbul perasaan untuk mendekati SPG dan mengajaknya kencan. "Karena saya tertarik pada paras cantiknya. Lalu saya kembali ke warkop dan bertemu SPG yang menjadi incaran saya. Sering saya beli produknya dan traktir minum SPG itu agar lebih dekat lagi," ucapnya. Dari beberapa kali bertemu dan rayuan gombal yang sering diungkapkan Tono, akhirnya SPG tersebut mau memberikan nomornya. "Sekitar tujuh kali saya bertemu. Akhirnya saya mendapatkan nomor gadis itu. Kemudian saya chat layaknya teman dekat," tuturnya. Beberapa minggu berkomunikasi akhirnya Tono berhasil mengajak jalan SPG tersebut. Dari sini akhirnya Tono berhasil mencuri hati SPG tersebut. "Beberapa minggu saya berkomunikasi dengannya saya langsung ajak dia jalan. Di saat saya ajak mendaki gunung berdua di Mojokerto akhirnya kami pacaran," jelasnya. Karena merasa sudah dekat, Tono mengutarakan maksudnya untuk berhubungan lebih jauh. Ia lalu merayu SPG itu untuk mau diajak tidur. Tapi keinginan itu ditolak oleh SPG tersebut. "Setelah beberapa bulan pacaran timbul hasrat untuk menidurinya tetapi dia tidak mau dan akhirnya kami berpisah," pungkasnya. Memang tidak semua SPG memberikan pelayanan plus-plus kepada pelanggannya. Terkadang meski sudah menjalin hubungan erat, biasanya SPG itu hanya menganggap para pelanggan ini sekadar teman, pacar, atau orang yang tua yang bisa menjadi tempat curhatnya. (bersambung)    

Sumber: