29 Persen Penderita HIV dari Luar Surabaya
Surabaya, Memorandum.co.id - Pemkot Surabaya memberikan kemudahan akses testing HIV (Human Immunodeficiency Virus) kepada masyarakat termasuk yang berasal dari luar Kota Pahlawan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara gratis di 63 puskesmas, 54 rumah sakit, 1 klinik berbasis komunitas dan 1 klinik milik kantor kesehatan pelabuhan (KKP). Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, dari seluruh kasus di 2021 yang ditemukan, 29 persen merupakan warga luar Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan adanya pasien rumah sakit rujukan dari luar kota yang dilakukan testing HIV karena dicurigai terinfeksi virus tersebut. "Sehingga menambah cakupan jumlah penemuan kasus di Kota Surabaya," kata Nanik. Dia menjelaskan, bahwa Pemkot Surabaya selama melakukan edukasi dan skrining/testing HIV secara intensif kepada kelompok dengan perilaku berisiko. Seperti, waria, pekerja seks, lelaki seks dengan lelaki (LSL), pengguna narkoba suntik yang dilakukan oleh petugas kesehatan. "Termasuk kepada petugas penjangkau dan LSM Peduli HIV yang bermitra dengan dinas kesehatan," ujarnya. Tak hanya itu, skrining HIV juga dilakukan kepada ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, anak buah kapal (ABK), seluruh pasien TBC, pasien infeksi menular seksual dan penyakit lain yang dicurigai adanya infeksi virus HIV. Menurutnya, upaya intensifikasi testing bertujuan untuk menemukan kasus secara dini. Dengan begitu, diharapkan dapat segera dilakukan pengobatan secara komprehensif dan pasien tidak menularkan virus kepada orang lain. Selanjutnya, dilakukan pemantauan pengobatan dengan pemeriksaan Viral Load HIV. "Pengobatan HIV dapat diakses gratis di 10 rumah sakit dan 13 puskesmas," jelas Nanik. Bagi warga Kota Surabaya yang membutuhkan, juga bisa mendapatkan dukungan permakanan dan pemberian makanan tambahan berupa susu. Dukungan ini diharapkan dapat mempertahankan kondisi kesehatan mereka. "Selain itu juga dilakukan pendampingan, konseling dan kunjungan rumah (home care) HIV untuk memperkuat kondisi psikologis pasien," tuturnya. Namun demikian, Nanik menegaskan, bahwa upaya terpenting dalam pengendalian HIV adalah terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada kelompok rentan tertular. "Seperti, kepada pelajar SMP/SMA, mahasiswa, kelompok pekerja dunia hiburan dan masyarakat umum secara luas," pungkasnya. (fer)
Sumber: