Takut Pengabdiannya sebagai Istri Kedahuluan Kiamat

Takut Pengabdiannya sebagai Istri Kedahuluan Kiamat

Yuli Setyo Budi, Surabaya Ada satu pertimbangan lagi yang tidak bisa dipungkiri: di dalam hati kecil Supri tumbuh dan berkembang perasaan cinta terhadap Suwanti. Entah kapan mulai bersemi, tahu-tahu Supri merasakan cinta itu sebagaimana merasakan cintanya kepada Mala. Ketika tenggelam dalam lamunan seperti itu, pipi Supri dielus lembut oleh Mala, “Apa yang Abah pikirkan?” “Aku jatuh cinta lagi,” kata Supri spontan. Tiba-tiba. Seperti tanpa dipikir. Supri sendiri kaget mendengar mulutnya mengucapkan itu. Wajah riang Mala berubah keruh. Matanya melotot. Diangkatnya tangan yang baru dipakai mengelus pipi Supri. Tangan itu seperti hendak didaratkan lagi ke pipi tadi. Tapi tidak dengan halus, melainkan dengan keras dan kasar. Ya, Mala ingin menampar suaminya. Supri melihat gerakan tangan Mala. Dia siap menerima tamparan. Sekeras apa pun. Supri memejamkan mata. Dia tunggu detik-detik tangan lembut Mala akan menjelma menjadi bencana. Tapi bukan tamparan yang dia terima. Mala malah bertanya dengan lembut,” Siapa perempuan yang Abah cintai itu? Tapi sebelum Abah menikahi dia, ceraikan dulu aku.” Setelah berkata demikian Mala segera beranjak pergi. Antara lain ke rumah Ninik, sahabatnya yang tetangga Memorandum. Dia curhat. Dia curahkan semua yang dirasakan, tanpa sisa. Termasuk rencana mengajukan gugatan cerai. “Rencananya Senin lusa Mala bakal memasukkan gugatannya,” kata Ninik, sekitar dua minggu yang lalu. Sejak itu Ninik tidak pernah bertemu Mala. Di-WA, tak dibalas; ditelepon, tak diangkat. Ninik seperti kehilangan Mala. Rabu (26/12) lalu Memorandum selintas melihat ada perempuan cantik bertamu ke rumah Ninik. Wajahnya bersinar. Glowing banget. Selain kecantikan biologis, perempuan itu menampakkan inner beauty yang sangat kuat. Dia sempat berjalan menunduk ketika lewat di depan Memorandum sekeluar dari rumah Ninik. Ninik sendiri berjalan santai di belakang perempuan tadi. “Mala,” kata Ninik lirih kepada Memorandum, setelah perempuan tersebut melesat pergi dengan Brio merahnya. Menurut Ninik, Mala tidak jadi mengajukan gugatan cerai. Sebab, perempuan yang dijatuhcintai Supri adalah sosok yang sangat dikagumi Mala. Ya, selama ini diam-diam Mala menyimpan rasa kagum terhadap Suwanti. Dalam beberapa kali kesempatan bertemu Suwanti, perempuan tersebut selalu menampakkan kesan yang positif. Tidak pernah sekali pun Suwanti berperilaku kurang berkenan di depan Mala. Ada satu syarat yang diajukan Mala agar Suwanti diterima menjadi madunya. Mereka bersama-sama berangkat haji atau umrah dan perikahan Supri vs Suwanti dilangsungkan di Masjidil Haram. “Sebegitu muliakah Mala bisa menerima Suwanti?” tanya Memorandum kepada Ninik. Sambil tersenyum Ninik berkata, “Ini omongannya Mbak Mala lho Om, bukan omonganku. Aku hanya menirukan. Katanya tanda-tanda besar kiamat segera terjadi. Dukhon. Kabut tebal akan melapisi permukaan bumi. Itu dua atau tiga tahun dari sekarang.” Memorandum hanya ndomblong. Setelah itu, lanjut Ninik menirukan ucapan Mala, akan kecil kesempatan untuk berbuat baik Termasuk kepada suami. Nah, senyampang masih ada kesempatan, Mala ingin menunjukkan baktinya kepada suami. Mala merelakanSupri berpoligami karena perempuan yang dia nikahi bukan sosok sembarangan. Mala takut pengabdiannya kepada suami kedahuluan datangnya akhir zaman. Kiamat. (habis)  

Sumber: