Dikaruniai Otak Cerdas, Tes Sipenmaru Lolos Semua

Dikaruniai Otak Cerdas, Tes Sipenmaru Lolos Semua

Setamat dari SMP Petra II, dr Bagoes Soedjito Suryo Soelyodikusumo atau yang akrab disapa dr Bagoes mendaftar di dua sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu SMAK St Louis Jalan Dr Soetomo dan SMAK Petra Kalianyar. Waktu itu dr Bagoes yang digantikan dengan kata-kata saya diterima di kedua SMK tersebut. Tapi akhirnya saya masuk ke SMAK St Louis I, karena selain mutunya lebih bagus, juga Opa Hari adalah salah satu pengurus yayasan di sana. Masuk pada 1984, saya mengikuti ekstrakurikuler band dan basket. Saya lagi menyenangi kaum hippies dan band, jadi penampilan saya seperti anak band dengan rambut gondrong, kurus, berkacamata, dan mengendarai sepeda motor laki-laki. Saya semakin sering membantu teman-teman mencarikan uang, memberikan fotokopi latihan-latihan pelajaran secara gratis, mentraktir makan, mengajari tapi saya sendiri tidak pernah punya uang. Bahkan saya tidak masuk 5 besar di 3 caturwulan. Pada 1985, saya yang duduk di kelas 2 masuk jurusan A2 (Biologi). Waktu itu saya dekat dengan Paramitha, semua pikir dia pacar saya, padahal kita cuma berteman. Saya tetap menunggu gadis yang ada di dalam mimpi. Saya akhirnya mendapat ranking 3 di 3 caturwulan. Di kelas 3-A2 pada 1986, saya mulai bersikap arogan terhadap saudara saya, Adri dan Sengguruh. Mungkin karena saya lebih dicintai oma daripada yang lain. Saya setiap 2-3 bulan ke kantor Papa Alex di kotamadya, beliau tetap menjabat sebagai kepala dinas. Saya mendapat ranking 2 di 3 caturwulan dan mendapat juara umum ke-2. Saya dinyatakan lulus SMA pada 2 Juni 1987 dengan nilai sangat baik. Menjelang ujian akhir SMA, saya membuat suatu kesalahan besar kepada teman baik saya, Lusi yang membuat saya menyesal sampai sekarang. Waktu itu Lusi dan papanya datang ke rumah untuk minta bantuan. Tetapi pada saat itu selain karena lagi sakit, saya tidak menduga bahwa bantuan tersebut sangat mereka harapkan. Saya pada saat itu bilang bahwa tidak dapat membantu, padahal kalau saya mau bergerak dan berusaha keras pasti dapat membantu, karena teman-teman saya cukup banyak waktu itu. Lalu beberapa waktu kemudian, saya ke rumah Lusi untuk memberikan bantuan tersebut tapi sudah terlambat. Papa Lusi sudah meninggal dan Lusi sangat kecewa terhadap saya karena keterlambatan tersebut. Saya menyesal sekali sampai sekarang, karena saya terlambat menolong seorang sahabat. Sejak saat itu saya bertekad untuk membantu sebanyak mungkin orang semampu saya. Pada 1987, saya masuk Fakultas Ekonomi Unika Parahyangan Bandung. Sebenarnya ingin kuliah di Belanda tapi Opa Tjiu tidak mengizinkan. Karena menurut beliau biayanya sangat mahal. Waktu itu ada rasa membangkang dalam diri. Saya juga heran kenapa semua teman ingin tes PTN, tapi saya pikir karena belum pernah sekolah di negeri selalu di swasta. Saya ingin kuliah yang santai lalu tes di dua tempat yaitu Fakultas Ekonomi Universitas Satya Wacana Salatiga dan Fakultas Arsitektur dan Fakultas Ekonomi di Parahyangan Bandung. Karena saya ingin sekolah di luar Surabaya dan ingin memilih jurusan yang santai, maka saya masuk ke Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan. Jarang ada anak dari SMAK St Louis yang kuliah di Bandung, setahu saya cuma Sumo dan Andrianto. Kebanyakan di Ubaya, Petra, IPB, Trisakti, Wijayakusuma, Atmajaya, dan beberapa di Unair tapi tidak ada yang masuk Fakultas Kedokteran (FK) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Karena sakit, maka saya memutuskan untuk ke Surabaya. Begitu sampai di Surabaya, saya langsung ke dokter Internist Dr Yahya Ahimasta. Beliau juga dosen di FK Unair dan baru diketahui kalau jantung dan ginjal saya terganggu, selain itu saya juga menderita typhoid dan asma. Saya beberapa kali harus ngamar di rumah sakit seperti RS Budi Mulia, RKZ, dan RS Adi Husada Undaan Wetan. Lalu saya tes Sipenmaru (pilihan 1 FK Unair, pilihan kedua Teknik Komputer ITS). Juga tes jurusan Teknik Sipil Petra, dan untuk USA di Rutgers University dan New York University untuk Jurusan Teknik Saya diterima semua, lalu memutuskan masuk FK Unair. Oma dan Opa Tjiu yang paling bergembira saya masuk FK Unair karena Oma sakit jantung, dan Opa Tjiu sakit di mata dan ginjalnya. Sehingga kalau saya masuk FK, maka saya dapat membantu mengobati penyakit mereka. (fer/nov/bersambung)  

Sumber: