Sentil Pemerintahan yang KKN Lewat Goresan Kuas

Sentil Pemerintahan yang KKN Lewat Goresan Kuas

Surabaya, Memorandum.co.id - Kritik terhadap pemerintah tidak semunya harus disuarakan melalui demonstrasi. Cukup dengan goresan kuas yang dituangkan di kanvas, sudah mewakili uneg-uneg pelukis Sugeng Wahyono bahwa pemerintahan ini harus bersih, tidak ada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Di mana dalam lukisan Sura (Hiu) dan Baya (Buaya), serta dua tikus yang dipamerkan di basement Alun-Alun Suroboyo mulai 19 Desember-23 Desember ini menggambarkansemangat sebagai warga Surabaya yang menghendaki supaya Surabaya dalam pemerintahan ini bersih, tidak ada korupsi, kolusi, nepotisme. Hasil karya Sugeng Wahyono tidak tunggal, bersama puluhan hasil 13 pelukis yang tergabung ikatan pelukis Indonesia (IPI) Kota Surabaya sangat kental dengan nuansa Surabaya. Makna yang tersirat dibalik lukisan tersebut menginginkan pemerintahan itu benar-benar bersih. Selain itu, juga menghendaki Kota Surabaya menjadi aman, bebas dari virus corona, bebas dari wabah penyakit atau bencana. "Jadi dengan lukisan ini kita mengharapkan semua warga ada semangat hidup membangun Surabaya ini. Semangatnya keluar dari Bu Risma (Mensos Tri Rismaharini) dulu," ujar Sugeng Wahyono. Sugeng Wahyono menjelaskan makna Sura (Hiu), Buaya dan dua tikus. Kalau hiu itu kan penjaga lautan. Lautan kan sebagian dari bumi. Buaya menjaga sungai, itu juga bagian dari bumi. "Mereka itu saling menjaga wilayahnya masing-masing dari pengaruh yang buruk. Itu filsafatnya. Tikus itu dilambangkan sebagai perilaku yang buruk. Kenyataannya kan membawa wabah pes, mencuri. Bangsa kita kan seperti itu," tegasnya. Inspirasi itu muncul dari merenung dan bisa selesai dalam sehari. "Diselesaikan satu hari. Jam satu pagi sampai Subuh. Inspirasi dari perenungan, alhamdulillah dapat ide," pungkas Sugeng Wahyono. (fer)

Sumber: