Kisah Perjuangan Sahril Berdayakan Masyarakat hingga Ciptakan Kopi Mangrove di TWL Labuhan

Kisah Perjuangan Sahril Berdayakan Masyarakat hingga Ciptakan Kopi Mangrove di TWL Labuhan

Surabaya, memorandum.co.id - Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan, Bangkalan, Madura, banyak perkembangan yang signifikan. Semuanya itu tidak lepas perjuangan dari Moh Sahril. Berjuang dari nol demi mewujudkan pembangunan di desanya menjadi lahan konservasi, edukasi, dan dapat memperdayakan masyarakat. Dulu TWL Labuhan hanyalah hutan belantara yang tidak pernah dikunjungi masyarakat desa. Dan hanya dihuni kurang dari 700 penduduk saja pada kala itu. Baru setelah PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) kemudian mengajak Kepala Desa Labuhan, Supriadi, dan Moh Sahril untuk merawat desa pada tahun 2013. "Kebetulan kepala desa juga mau membangun desanya, jadi klop," kata Sahril. Kemudian Sahril dibekali ilmu untuk studi banding  untuk menjadikan seperti apa Desa Labuhan ini dan lebih menitik beratkan ke bidang lingkungan. Dia bersama sembilan warga diberangkatkan Pertamina ke Mangrove Center Tuban (MCT). Selama 4 hari mengikuti pelatihan akhirnya mereka dikukuhkan. Selanjutnya, Sahril dan kawan-kawan menerapkan ilmu yang didapatkan dari MCT di Desa Labuhan. Awalnya menanam pohon cemara yang dibawa dari Tuban. "Kami ambil bibit pohon cemara dan  mangrove di sana lalu kami semai sendiri," tutur Sahril. Dari sini akhirnya Sahril membuat konsep edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan sasaran wisata Taman Laut Labuhan. Dan sasaran pengunjung adalah para pelajar. Setelah membekali ilmu itu, lantas Sahril berjalan sendiri, tidak. Dia mendapatkan pendampingan dari pembimbingnya dari Tuban. Begitu ada mahasiswa yang datang ke TWL Labuhan untuk keperluan konservasi. Sahril  langsung bisa memberikan edukasi dan menjawab semua pertanyaan tentang aktivitas di Labuhan. Di TWL Labuhan punya struktur kepengurusan. Di antaranya ada di visi penanaman, pembibitan, kuliner, sarana dan prasarana, keamanan,  yang dibentuk 2014. "Jadi kami mulai dari nol. Kebetulan saya senang lingkungan dan saya lihat adalah lingkungannya sendiri," jelas Sahril. Tidak berhenti sampai di sini, Sahril dan teman-temannya lainnya yang telah masuk di jajaran strukrur. Kemudian terus melakukan studi banding ke Bali tentang pengolahan mangrove. "Ilmu dari studi banding di Bali, kami praktekkan dengan menanam mangrove dan cemara. Yang rusak terus ditanami, disemai hingga sekarang. Alhamdulillah tumbuh terus," ujar Sahril. Dampak dari tumbuhnya mangrove dan cemara membuat ekosistem di TWL Labuhan ikut tumbuh. Seperti yang dilihat banyak jenis burung yang datang dan berkembang biak di sini. Bahkan burung yang sudah mulai punah, seperti leci dan jalak hitam. Selain habitat burung, di taman ini juga terdapat transpalasi terumbu karang ukuran 50 x 50 meter. Kemudian ditanam dan diikat di dasar laut bersama karang laut lokal lalu dibudidayakan. Sejak dari 2017, sudah ada dua unit kubah terumbuh karang di 80 titik sekarang dan sudah menutupi kubah itu. "Kubah tersebut ada lubangnya, ada yang empat lubang dan enam lubang. Untuk apa supaya ikan masuk ke lubang dan bermain di sana. Fungsi kubah tersebut banyak sekali," ujar Sahril. Bukan hanya ikan yang mampir ke kubah tersebut, tapi juga ada cumi di waktu malam hari. Nelayan lalu mencari cumi dan menangkapnya di sekitar kubah tersebut dengan mendayung perahu sampan. Jadi tidak jauh-jauh mencari ikan. "Kalau dari bibir pantai ke kubah jaraknya sekitar 900 meter. Kalau air laut surut nelayan bisa jalan kaki sampai ke kubah dan mencari ikan di kedalaman 2 meter," ungkap Sahril. Ada beberapa nelayan yang mencari ikan di kubah. Pakai perahu sampan, ada juga menggunakan kapal tradisional. Jika nelayan yang pakai jaring tidak berani mengambil ikan di kubah itu karena takut tersangkut jaringnya di kubah. Jaraknya jika menjaring harus menjauh sekitat 15 meter. "Masyarakat sini sudah tahu di mana letak kubah dan diberi tanda botol air mineral," ungkap Sahril. Ikan yang hidup di kubah tersebut, kata Sahril, terdapat tujuh jenis bahkan lebih. Semuanya besar-besar. Antara lain ikan putihan, kakap merah, kerapu, dan cumi. Sekarang nelayan yang biasanya dapat tangkapan 10 Kg ikan, kini bisa mencapai 25 Kg per hari. Kemudian sarana prasarana di TWL Labuhan, seperti jembatan, gubuk-gubuk semuanya difasilitasi oleh Pertamina. Berkat kegigihan Sahril dan pengelola TWL, kini masyarakat Desa Labuhan bisa merasakan dampaknya. Bukan hanya sebagai penyedia masakan laut hasil tangkapan nelayan setempat, tapi juga jajanan warung yang berjualan di sekitar taman. Lebih hebat lagi, masyarakat desa juga memanfaatkan mangrove menjadi kopi. Ini yang menjadi ciri khas minuman di TWL Labuhan. Bila dirasakan, pengunjung pasti tidak tahu jika kopi tersebut terbuat dari mangrove. Menurut Sahril, sekarang produksi kopi mangrove sudah mulai berkembang dan banyak pemesan. Sekali produksi 4-5 Kg.  "Pemesannya warga Bangkalan. Biasanya dari mulut ke mulut. Belum dipasarkan ke khalayak luas," tutur Sahril. Kata Sahril, tidak semua bisa membuat kopi mangrove. Perlu ilmu khusus yang diperolehnya dari menimba ilmu yang selama diikutinya.  Mangrove yang dibuat untuk kopi  ada tim dari divisi kuliner. September 2019 mulai dibuka untuk umum. Pengunjung membeludak. Setiap harinya mencapai 100 hingga 200 orang per harinya. Pemasukan mencapai Rp 10 juta per hari. Tapi semenjak tempat pariwisata ditutup pemerintah hingga kini pengunjung sepi karena Covid-19. Dan September 2021 baru dibuka lagi. Saat ini pengunjungnya tidak sebanyak dulu. Sekarang yang datang berkunjung hanya lembaga, dari anak-anak sekolah, yang mengadakan diklat, outbond, konservasi, dan camping di TWL Labuhan. "Di masa pandemi pemasukannya berkurang," ujar Sahril. Kegigihannya Sahril dalam mengelola TWL Labuhan, membuatnya sering diundang oleh beberapa lembaga untuk menjadi narasumber di acara workshop. Bahkan ia mendapatkan penghargaan atas pencapaiannya mengelola wisata dan dikenal sebagai local hero. Sahril berharap ke depan supaya pandemi covid 19 selesai dan di tahun 2022 dapat berjalan normal. Sehingga TWL  Labuhan ramai pengunjung. "Terutama adanya penambahan fasilitas di wisata," pungkas Sahril. (rio)  

Sumber: