Prosedur Pemulangan Jenazah Korban Erupsi Semeru Dikeluhkan, DVI Mabes Polri Beri Penjelasan

Prosedur Pemulangan Jenazah Korban Erupsi Semeru Dikeluhkan, DVI Mabes Polri Beri Penjelasan

Lumajang, memorandum.co.id - Keluarga korban meninggal akibat bencana erupsi Gunung Semeru mengeluhkan lamanya proses pemulangan jenazah. Hal itu disampaikan salah satu kerabat yang enggan disebutkan namanya dari korban bernama Agus Sutrisno dan Ruli Efendi, sopir truk pasir yang menjadi korban saat terjadinya Awan Panas Guguran. "Hari Senin ditemukan, ciri-ciri yang disebutkan sama dengan ciri punya kakak saya, termasuk ciri fisik maupun baju terakhir yang dia kenakan. Soalnya di lokasi tambang yang Sumberwuluh ini cuman tinggal dua orang ini saja. Sebenarnya tiga, yang satu lolos, kakinya luka-luka. Tinggal dua orang itu saja. Truknya itu juga masih ada," ujarnya, Selasa (7/12). Diketahui, saat ini data korban meninggal akibat erupsi Gunung Semeru sejumlah 30 orang dengan rincian 27 jenazah ditemukan di lokasi daerah terdampak sedang 2 lainnya meninggal dalam kondisi sedang dalam perawatan medis di sejumlah Rumah Sakit. Menyikapi lamanya proses tersebut, Kabid Humas DVI Mabes Polri, Kombes Pol dr Fauzi menjelaskan, untuk mengidentifikasi jenazah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, prinsip dari penentuan identitas itu sangat tergantung dari kualitas maupun kuantitas data yang didapat, baik data antemortem maupun data postmortem. "Kendala yang kita hadapi di sini adalah kita memiliki keterbatasan dari kedua data tersebut. Di mana pada data postmortem kondisi jenazah yang kita terima dalam kondisi yang kurang bagus, dalam artian kita memiliki keterbatasan dari pengambilan data postmortem. Di mana keterbatasan sidik jari misalnya, banyak jenazah yang sidik jarinya sudah rusak, sehingga tidak lagi mungkin kita melakukan identifikasi cepat melalui bantuan dari Inafis, walaupun kita masih berharap mungkin ada jenazah lain yang ditemukan nanti bisa kita ambil sidik jarinya," ungkapnya saat konferensi pers yang digelar di RSUD dr. Haryoto, Selasa (7/12) siang Selain itu, lanjut dr. Fauzi, identifikasi juga bisa dilakukan dengan proses DNA, namun DNA juga masih butuh waktu dan memang sedang dikerjakan, namun hasilnya tentu saja menunggu proses dari Jakarta. "Sedangkan gigi yang kita harapkan, memang kondisi gigi cukup baik pada jenazah, namun kita memiliki keterbatasan sangat sedikit atau bahkan sampai saat ini tidak ada data medis gigi yang benar-benar kita bisa percaya untuk kita bandingkan ke dalam sidang rekonsiliasi. Karena data gigi yang kita dapat bukan berbentuk audiotogram atau data catatan medis yang kita dapatkan dari dokter gigi. Hanya keterangan-keterangan dari keluarga yang perlu didukung dengan adanya foto dari korban yang menampakkan gigi, itu pun dalam bentuk kualitasnya cukup baik," paparnya. "Jadi keterbatasan kita adalah karena masih adanya keterbatasan dari data tersebut dan kita dituntut untuk melakukan ketelitian dalam pemeriksaan, jadi kita tidak boleh terburu-buru. Jadi saya harapkan untuk keluarga bersabar dan tolong bantu kami untuk melengkapi data-data yang kita butuhkan," pungkasnya.(Ani)

Sumber: