Bermain Api Terbakar (2)

Bermain Api Terbakar (2)

Colek Bokong Karyawati

Suatu saat usaha ayah Hendro tersandung masalah. Seorang konsumen ingkar janji. Pesanan ribuan unit seragam dibatalkan padahal sudah tergarap lebih dari 50 persen.   Kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Dijual eceran pun tidak banyak membantu. Padahal, ribuan pakaian tadi dibanting harga saat dijual ke pedagang khusus seragam di pasar lokal dan Surabaya, seperti PGS, Pasar Kapasan, Pasar Wonokromo, dll. Akhirnya seragam disumbangkan ke pelaku UMKM. “Daripada mubazir,” kata Santi menirukan ucapan mertua prianya. Kondisi ini berdampak pada rumah tangga Santi dan Hendro. Mereka diharuskan mengencangkan ikat pinggang. Berhemat dalam belanja. “Mertua sengaja tidak membawa masalah ini ke jalur hukum karena takut malah terpaksa mengelarkan lebih banyak dana,” tutur Santi. Dampak yang paling nyata dirasakan Santi adalah permintaan mertua kepada anak-anak dan para menantu yang punya simpanan perhiasan agar segera menjualnya. Hasil penjualan dijadikan modal untuk bangkit dari keterpurukan. “Aku sampai malu kepada teman-teman kantor. Masa perempuan berpenampilan brundul? Sama sekali nggak modis. Padahal, perhiasan-perhiasanku bukan semata dibeli dari usaha garmen keluarga. Sebagian besar dari hasil tabungan, menyisihkan gaji bulanan,” kata Santi. Santi protes bukan tanpa sebab. Santi mengetahui ada ipar-ipar perempuannya yang sengaja menyimpan rapat-rapat perhiasan mereka, yang sengaja tidak pernah dipakai pada acara keluarga. “Rupanya mereka sudah tahu bakal ada kejadian seperti ini. Atau mungkin ini sudah yang kesekian, jadi mereka sudah mempersiapkan antisipasi. Kalau itu benar, licik kan mereka?” kata Santi dengan nada tanya yang sinis. Peristiwa lain yang tidak bisa dilupakan Santi adalah perselingkuhan Hendro vs karyawati bagian produksi. Bagian menjahit. Tanpa sengaja aksi mereka tepergok karyawan lain, sopir ekspedisi. Ia masih muda dan kebetulan diketahui naksir berat kepada gadis yang diajak selingkuh Hendro. Ternyata sikap ayah Hendro tidak adil ketika menyelesaikan masalah ini. Setelah semua pihak dipanggil, Hendro membantah semua tuduhan. Katanya ia hanya mencolek bokong karyawati yang memang dikenal semlohai itu. Demikian pula si perempuana. Dia mengaku hanya pegang-pegang milik Hendro karena dipaksa majikannya itu. Hanya si sopir yang bersaksi bahwa Hendro sudah bergoyang di atas tubuh si perempuan. Keputusan ayah Hendro tanpa dasar. Ia memecat si sopir dan perempuan tadi. “Setelah itu aku jadi sering mengawasi Mas Hendro. Jujur saja aku cemburu,” kata Santi, yang menjelaskan sejak itu dia sering mendengar Hendro janjian sama perempuan tadi, sebut saja Welas. Ketika kabar tak sedap itu semakin menyebar, Santi diam-diam bekerja sama dengan mantan teman kerja Welas untuk memerhatikan gerak-gerik Hendro. “Sekitar dua pekan kemudia aku dapat info bahwa Mas Hendro sering janjian dengan Welas. Tidak hanya di luar jam kerja, pertemuan Hendro dengan Welas sering dilakukan di tengah kesibukan kerja Hendro. Modusnya, perempuan tadi menunggu Hendro di perempatan lampu merah dekat pabrik. Sebelah kanan, pada tikungan pertama. Welas menunggu Hendro di sana seperti seseorang menunggu angkutan umum. Begitu mobil Hendro belok dan sedikit menepi, Welas dengan sigap masuk mobil dan mak-wus… terus menghilang ditelan keramaian lalu lintas. “Beberapa kali aku nyanggong mereka, selalu gagal. Baru yang ketiga aku berhasil melihat Welas masuk mobil Mas Hendro dan meluncur pergi. Kukejar mereka, tapi tidak berhasil. Aku kalah cepat. Maklum motor butut,” katanya. Santi juga berusaha memancing-mancing pengakuan Hendro, namun nyatanya tidak pernah bisa mengorek  cerita soal Welas dari mulut sang suami. Hendro hanya mengaku memang pernah mencowel bokong wanita itu. Itu saja, (jos, bersambung)  

Sumber: