Cinta Gadis Facebooker (2)

Cinta Gadis Facebooker (2)

Dirayu, Diajak Berhohohihe

Riza tidak tahan. Pada bulan ketiga keberadaannya di pesantren, dia mencari cara untuk bisa kabur. Ke mana aja, asalkan tidak balik ke rumah. Tipu daya pun dilakukan dengan membodohi para senior pengawasnya yang lugu-lugu. Secelah kesempatan harus bisa dimanfaatkan secara maksimal. Riza yang terputus komunikasi dengan dunia luar itu memang tidak bisa minta tolong siapa pun. “Aku bisa lepas dari pengawasan kakak-kakak senior saat diizinkan beli pembalut di minimarket. Ketika pamit pipis, aku mlipir-mlipir samping gudang penyimpanan dan keluar lewat pintu belakang,” kata Riza. Ariel Tatum KW 3ini lantas berjalan masuk kampung dan memanfaatkan jalan tikus di kampung tersebut untuk menghilangkan jejak. Dia lantas meneruskan pelariannya dengan naik kendaraan umum ke Nganjuk. Kebetulan dia menyimpan catatan nomor telepon dan alamat salah satu temannya di facebook. Namanya sebut saja Jito, yang selama ini mengaku sebagai karyawan sebuah rumah makan besar. Ternyata Jito tinggal di rumah kontrakan bersama beberapa karyawan restoran lain. Riza sementara ditampung di sana. Beberapa waktu kemudian kebetulan ada karyawan keluar dan tidak bisa melanjutkan kerjanya lantaran menikah. Suaminya tidak mengizinkannya lagi bekerja. Riza pun diajukan Jito menggantikan karyawan tadi. Diterima. Kondisi ini semakin mendekatkan hubungan mereka. Riza dan Jito berpacaran. Hingga suatu saat Riza diajak Jito nyambangi familinya di Surabaya. Riza oke-oke saja. Ternyata Jito tidak punya famili di Surabaya. Riza malah dibawa ke Kenjeran dan dirayu berhohohihe ketika beristirahat di hotel mini di kawasan pantai tersebut. Dan mak-bluuusss… melayanglah kehormatan Riza. Keluar dari hotel mini, Jito tidak langsung mengarahkan motornya ke Nganjuk. Tapi justru ke rumah Riza. Tentu saja gadis ini kaget. Dia sempat bertanya dari mana Jito tahu alamat rumahnya dan mau apa. Jito tidak menjawab dan terus mengarahkan motornya ke alamat rumah Riza. Sampai tujuan, Jito langsung menemui ayah Riza dan nekat melamar gadis yang sudah dipetik kegadisannya ini. Tidak diduga, ayah Riza, sebut saja Anam, marah-marah. Jito dituding menculik anaknya dan diancam akan dilaporkan ke polisi. Riza sendiri dihajar. Dipukul, ditendang, dan dijambak rambutnya. Ibu Riza yang berusaha memisah malah kena pancal si suami. Ketika ayahnya sibuk mengurus ibunya yang nyaris pingsan, kesempata itu dipakai Riza dan Jito untuk kabur. Mereka kembali ke Nganjuk. Waktu pun terus bergulir. Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. “Aku hamil,” aku Riza. Kondisi ini memaksa Jito dan Riza kembali menemui orang tua Riza di Surabaya. Keduanya menghadap Pak Anam dan Bu Anam sambil menangis. Minta restu agar segera dinikahkan. Melihat kenyataan ini, Pak Anam dan Bu Anam tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa pasrah dan terpaksa merestui pernikahan Riza. “Ibu menangis sampai meraung-raung,” kata Riza. Bu Anam m muenyesal karena Riza harus nikah dengan Jito. Padahal dia sudah punya calon untuk  putri semata wayangnya ini. “Ibu sempat berbisik bahwa sebenarnya aku akan dijodohkan dengan putra sepupunya Pakde yang tinnggal di Sumatera,” kata Riza, yang menambahkan bahwa pemuda tersebut lulusan perguruan tinggi di Mesir dan bakal menjadi pewaris kerajaan bisnis ayahnya yang menguasai beribu-ribu hektar sawit. “Aku nggak peduli,” kata Riza, yang pernikahannya vs Jito akhirnya dilaksanakan diam-diam dan tanpa pesta yang mengundang keluarga besar mereka. (jos, bersambung)  

Sumber: