Weton Pasutri Ketemu Pegat (3)

Weton Pasutri Ketemu Pegat (3)

Mertua Sarankan Cerai

Entah bagaimana awalnya, soal ketidakcocokan weton Nawar dan Siti terungkap. Diketahui Pak Jito. Nawar menduga Sitilah yang membocorkan. Persoalan menjadi besar ketika suatu saat Nawar dipanggil Pak Jito membicarakan masalah ini. Pak Jito mengaku sudah meng-utek-utek hal ini dan tidak menemukan solusi baik. “Andai dulu kamu berterus terang sejak awal, Bapak masih bisa mencarikan solusi dengan memilih hari perkawinan yang tepat. Tapi kini sudah terlambat. Hari perkawinan kalian memperparah ketidakberuntungan kalian,” kata Pak Jito seperti ditirukan Nawar. “Tidak adakah solusi lain, Pak?” tanya Nawar. “Sebenarnya ada. Ruwat, misalnya. Tapi sudah Bapak hitung, hasilnya tidak bisa memberi banyak pengaruh positif. Sebagai ayah Siti, saya menyarankan kalian segera bercerai saja,” kata Pak Jito. Pelan namun menyakitkan. “Tidak ada solusi lain. Daripada kalian, terutama anak saya Siti, hidup menderita, saya menekankan: lebih baik kalian cerai. Mumpung kalian belum punya anak,” imbuh Pak Jito. Terdengar lirih, tapi memanaskan dada Nawar. “Saya minta waktu untuk memikirkannya,” kata Nawar tanpa memandang sang ayah mertua. Hatinya kacau. “Apa lagi yang kamu pikir. Memangnya bisa kamu mikir dan tiba-tiba semua menjadi baik-baik saja,” kata Pak Jito sambil berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh. Nawar semakin kebingungan. Ia mencoba minta pertimbangan ayahnya. “Ayah hanya punya satu saran. Pindah dari rumah mertuamu. Hidup sendiri bersama Siti. Apa pun yang terjadi, pikirkan dan perjuangkan bersama masa depan kalian,” kata ayahnya. Nawar tambah bingung. Tanpa kesadaran penuh dia menuju PA. Berniat menemui pengacara yang biasa berpraktik di PA, yang bisa diajak berkonsultasi. Paling tidak bisa memberikan gambaran atas persoalan yang dia hadapi. Tiba-tiba seorang lelaki berusia 35-an mendekati kami. Ia menyapa Nawar dengan akrab. “Diancuk laopo koen nang kene?” tanyanya sambil memukul dan menepuk-nepuk pundak Nawar. Nawar tidak menanggapi. Dia hanya bengong melihat wajah temannya yang cerah ceria. Rupanya lelaki tersebut baru menyadari temannya sedang galau. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya kemudian. Lirih dan lembut. Nawar tetap belum mau menjawab. Dia malah menarik sang teman untuk duduk di sampingnya. “Tidak mungkin kan kamu bercerai? Kamu baik. Siti pun baik. Tidak ada alasan bagi kalian untuk berpisah,” kata lelaki itu lagi. Nawar mencoba tersenyum. “Aku hanya jalan-jalan, Din. Kebetulan lewat sini, jadi sekalian lihat-lihat,” kata Nawar. “Kenalkan ini Om Jos dari Memorandum,” tambahnya. Ternyata lelaki yang dipanggil Nawar dengan sapaan Din tadi adalah duda anyar yang vonis perceraiannya baru diketok hakim. “Istriku selingkuh, Om. Dengan teman ngajar-nya,” kata Din, yang lalu bercerita soal kegagalan rumah tangganya (nanti ditulis terpisah). (jos, bersambung)    

Sumber: