Wow, Belanja lewat E-Peken Tembus Rp 2,4 Miliar
Surabaya, memorandum.co.id - Layanan aplikasi e-peken sangat diminati masyarakat. Terutama pelaku UMKM di Surabaya.Terbukti, hingga saat ini dari 277 toko kelontong yang sudah bergabung e-peken sudah tembus Rp 2,4 miliar. Angka ini akan terus merangkak, sebab atas perintah Wali Kota Surabaya Wali Kota Surabaya bahwa semua ASN Pemkot Surabaya wajib membeli di toko kelontong mulai bulan depan. Jika dengan jumlah 15 ribu ASN Pemkot Surabaya, dan rata-rata belanja Rp 2 juta di toko kelontong maka Rp 30 miliar akan berputar di Surabaya. “Nanti ASN wajib beli di e-peken. Yang baru bergabung 277 toko kelontong. Saat ini sudah Rp 2,4 miliar sekian,” ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya M Fikser, Jumat (29/10). Tambah Fikser, saat ini masih berupa web, dan minggu depan akan disempurnakan di android. “Sebab, kami target bisa launching. Sekarang kami fokus ke metode pembayaran. Sekarang bisa transfer melalui QRIS,” jelasnya. Lanjutnya, dengan adanya transaksi di e-peken, pihaknya mendapatkan report laporan sebagai bahan evaluasi. “Kami bisa memetakan, UMKM mana yang pasarnya kurang, mana yang perlu pembinaan. Kami siapkan intervensi berupa pelatihan manajemen keuangan. Kami bantu pemasaran juga. Ketika bergabung, ada untungnya,” tambah Fikser. Nantinya UMKM juga bisa mendaftar saat acara UMKM Journey Surabaya Fashion Week 2021. “Ada petugas dari dinas perdagangan yang akan melakukan verifikasi,” ujarnya. Untuk fiturnya, tambah Fikser, ada toko kelontong dan UMKM. Jika toko kelontong untuk keperluan sehari-hari, sedangkan UMKM ada tiga pilihan, kuliner, fashion, dan craft. “Jadi, orang bisa memilih. Ini seperti marketplace umumnya. Orang bisa milih, geser, melihat, menambah, setelah oke bisa konfirmasi penjual, pemilik toko akan konfirmasi balik, selanjutnya pembeli bisa transfer,” tambahnya Fikser. Pihaknya akan melakukan verifikasi dan mengetahui ada transfer. “Kami sebagai penengah. Ini seperti e-commerce. Sehingga, Orang-orang kalau datang ke Surabaya bisa belanja. Misalnya ada yang cari oleh-oleh. Ini yang paling laku, ini yang paling dicari. Sehingga, akan ada kompetisi di antara para pengusaha,” pungkas Fikser. (fer)
Sumber: