Kasus Covid-19 di Jombang Menurun, Tiga Hari Ruang Isolasi RSUD Ploso Kosong

Kasus Covid-19 di Jombang Menurun, Tiga Hari Ruang Isolasi RSUD Ploso Kosong

Jombang, memorandum.co.id - Kasus pasien terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di Kabupaten Jombang hingga saat ini menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari ruang atau kamar isolasi pasien Covid-19 di RSUD Ploso. Per tanggal 01 Oktober, pasien maupun terduga Covid-19 di rumah sakit plat merah ini sudah kosong, atau tidak ada sama sekali. Direktur RSUD Ploso, dr A. Iskandar Dzulqornain mengatakan, bahwa hari ini RSUD Ploso untuk ruang isolasi Covid-19 kosong. Tidak ada satupun pasien Covid-19 atau terduga yang dirawat. "Pasien terakhir kami pulangkan pada 28 September kemarin. Sudah tiga hari ini kosong. Selama 1,5 tahun ada kondisi sempat kosong, kemudian masuk lagi 1 - 2 pasien. Tapi yang sampai tiga hari berturut-turut baru hari ini," katanya, di kantornya, Jumat (01/10/2021). Jadi, lanjut Iskandar, tiga hari berturut-turut sama sekali tidak ada pasien yang dirawat di ruang isolasi. Kasus Covid-19 puncaknya pada bulan Juli, saat itu RSUD Ploso merawat sekitar 274 pasien terkonfirmasi Covid-19. "Kemudian pada bulan Agustus turun menjadi 127 pasien. September 20 pasien dan terakhir tanggal 28/10 kemarin. Jadi dari aspek tren memang kita sudah sangat menurun. Mudah-mudahan ini tanda-tanda baik bagi kita semua," ujarnya. Sesuai dengan istruksi kementerian maupun Satgas Covid-19, jelas Iskandar, pihaknya tidak boleh buru-buru untuk menutup ruang isolasi. Jadi tetap disiapkan sesuai kapasitas. "Kami tidak buru-buru menutup ruang isolasi. Tetpa kami sediakan sesuai kapasitas maksimal yang kami punya, yakni 58 bed isolasi (pasien Covid-19)," jelasnya. Terkait kasus kematian pasien Covid-19 di RSUD Ploso, Iskandar mengungkapkan, di bulan Juli dari 274 pasien yang dirawat, 75 pasien meninggal. Agustus dari 100 sekian, meninggal 16. "Dan September ini tidak ada yang terlaporkan meninggal," ungkapnya. Terkait tren menurunnya kasus Covid-19, Iskandar menandaskan, bahwa hal ini harus dievaluasi oleh tim satgas, apakah ini sebab alami dari sebuah siklus pandemi atau wabah, namun juga harus dihubungkan dengan kebijakan yang diambil. "Termasuk misalnya isoter tadi dan kemudian vaksinasi. Karena kebetulan Jawa Timur, khususnya Jombang ini capaian vaksinasinya cukup progresif, cukup bagus. Isoter saya kira yang jelas sangat terkait dengan upaya memutus mata rantai dan mengurangi resiko," tandasnya. Menurutnya, ketika kebijakan isoter diterapkan maka rujukan-rujukan menjadi terencana. Jadi ketika baru turun 90 sampai 92 sudah dikirim (ke rumah sakit, red). "Mungkin itu berkontribusi kuat pada berkurangnya kasus meninggal," pungkasnya. (yus)

Sumber: