Wabup Syah Ajak Peran Keluarga dan Lingkungan Dorong Penyembuhan ODGJ
Trenggalek,memorandum.co.id - Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhammad Natanegara mengajak peran serta keluarga dan lingkungan guna mendorong penyembuhan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), Rabu (29/9). Hal itu diungkap dalam acara family gathering bagi keluarga ODGJ yang yang dibebaskan dari pasung beberapa waktu lalu. "Mari kita saling menguatkan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing masing," ungkap wabup saat mengikuti kegiatan tersebut di Pendopo Manggala Praja Nugraha. Ada 13 ODGJ yang dibebaskan dan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur. Ke -13 ODGJ ini setelah dirawat, tentunya tidak harus segera dipulangkan. Melainkan dilakukan rehabilitasi di panti-panti sosial milik Pemprov Jatim. "Dalam rangka menyiapkan mereka ini kembali ke keluarga dan lingkungan, kami melakukan family gathering. Mengundang keluarga dari pasien ODGJ, lingkungan, kemudian tokoh masyarakat di sekitar sana. Terus Puskesmas, perangkat desa, kecamatan, 3 pilar dan sebagainya," ungkapnya Dalam data e-pasung Jatim sendiri, Kabupaten Trenggalek pada 2016 tercatat ada 101 ODGJ pasung. Sedangkan dalam update data per Oktober 2018 tercatat 154 orang. Patut disyukuri dengan kesadaran keluarga dukungan masyarakat sekitar dan peran para pemangku di wilayah. Pada 2021, dan 4 orang dan 8 orang dilakukan repasung. Sedangkan Kepala Dinas Sosial PPPA Kabupaten Trenggalek, Ratna Sulistyowati menambahkan kegiatan kemarin ada di 3 titik (Pendopo, Dongko dan Panggul). Ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan bebas pasung yang telah dilaksanakan sebelumnya. "Kami menggelar family gathering ini sendiri guna mengajak peran serta keluarga, lingkungan, tokoh agama, tokoh masyarakat maupun pemangku kebijakan di desa untuk berupaya bersama dalam percepatan penyembuhan pasien,"tuturnya Untuk menjaga supaya tidak kambuh lagi, pihaknua menyiapkan keluarga, lingkungan, perangkat desa termasuk puskesmas. Mereka ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan dari pasien tadi. Karena obatnya tidak boleh putus, peran puskesmas seperti apa pengawasannya. Desa-desa juga sama, di situ ada kader-kader jiwa. Dia harus memantau keteraturan minum obat atau sebagainya. Termasuk kalau habis, bisa membantu puskesmas, agar obatnya itu tetap dikirim. Juga membantu keluarga untuk mengambil obat dan yang lainnya. "Karena memang mereka ini manusia yang berhak kita perlakukan sama," tegas ODGJ kadang-kadang disisihkan, terus tidak dilibatkan dalam kegiatan masyarakat. Kalau begitu pasti dijamin 100% kambuh lagi. Beberapa kasus masyarakat dengan gangguan kejiwaan ini bisa sembuh karena masyarakat menyiapkan kesembuhannya. Seperti Katno di Gamping, saat ini menjadi imam masjid dil ingkungannya. "Semua ini karena keluarganya sadar betul, masyarakat sekitarnya sama dan yang juga tidak kalah penting, tidak telat minum obat," tutupnya (ret/ag)
Sumber: