Mertua Kompor Ngebros (2-habis)

Mertua Kompor Ngebros (2-habis)

Njebablah koyok Bakul Lombok

Ninik berusaha sabar. Yang tak bisa dimaafkan, Mama Iin bilang dia wanita matre, yang ngotot tak mau cerai karena berharap dapat warisan. Nauzubillah. Diakui Ninik, harta benda peninggalan almarhum ayah Salam—yang blasteran India-Aceh—memang banyak. Tidak habis dimakan tiga turunan. Pernah dihitung, tiap anak yang berjumlah tiga orang, masing-masing dapat bagian sekitar Rp 11,4 miliar. Tapi, harta itu masih dikuasai Mama Iin. Wanita ini tidak segera membagikan kepada anak-anaknya karena takut setelah harta dibagikan, dia tidak dihiraukan lagi oleh anak-anaknya. Harta tersebut disimpan di sebuah bank beserta surat wasiat—yang akan dibacakan pengacara Mama Iin sepeninggal wanita ini kelak. “Aku nggak sudi dibilang wanita matre, Om. Gendeng opo, mbelani donya,’’ katanya bernada sinis. Ninik lebih sakit hati karena Salam, yang semula diyakini mencintainya secara tulus, ternyata berubah 180 derajat begitu diperkenalkan seorang perawan cantik dari Solo, Jawa Tengah, sebut saja Sinam. “Dia terhipnotis lekuk aduhai perawan Solo. Itu sekarang. Dua-tiga tahun lagi kan njebablah ombo koyok bakul lombok nang pasar,” selorohnya disertai tawa kecil. Ninik yang terbakar emosi kini terbawa arus ikut berkata kasar. Dia mengatakan Mama Iin adalah kompor ngebros penyebab semua petaka rumah tangganya. Ibu mertua yang satu ini tidak membawa berkah bagi anak-anak dan menantunya. “Adik Mas Salam yang nomor dua juga cerai karena kompor ngebros itu,” katanya lantang, sampai-sampai pengacara yang duduk di belakangnya terlonjak terkejut. Karena itulah Ninik berusaha mencari pengacara sebagai persiapan menghadapi Salam di pengadilan. Sudah tiga minggu yang lalu dia mendengar rencana Salam mengajukan talak cerai. Rencana tadi dia dengar dari mantan istri istri adik iparnya. “Mbak, Sampeyan korban berikutnya,” kata Ninik menirukan kalimat mantan istri bakal mantan adik iparnya itu. Dia yakin Salam diminta cepat-cepat menceraikannya agar gono-gini yang dia dapatkan kecil. Tanpa warisan orang tua, kekayaan Salam memang relatif kecil. Dia hanya punya sebuah mobil Avanza dan rumah di gang perkampungan Jagir. “Tapi aku nggak mempermasalahkan itu, Om. Gak butuh donya. Aku punya sumber penghasilan sendiri. Masio gak akeh, tapi mudah-mudahan barokah. Aku siap hidup mandiri. Mandiri abadi,” katanya penuh tekad, kemudian tersenyum. Suaranya terdengar tegas dan penuh keyakinan. Ninik menambahkan, setiap pemikiran kompor ngebros selalu dikaitkan duit. Dikit-dikit, duit. Dikit-dikit, duit.. Karena itu, dia yakin calon penggantinya berasal dari keluarga kaya. Minimal dari keluarga sok kaya. “Biarin aja. Biar kapok,” tegas perempuan berbibir ndomble tapi seksi ini. (jos, habis)

Sumber: