Pernikahan Semu (2)

Pernikahan Semu (2)

Diiming-imingi Hadiah Rumah

Agus sempat menolak permintaan tolong Koko. Ia tidak mau perkawinan dijadikan seperti permainan. Apalagi dia mengenal Magda sebagai adik kelasnya semasa SD hingga SMA. “Kau cari saja lelaki lain yang mau,” kata Agus. Koko mengaku tidak memercayai siapa pun untuk masalah ini. Hanya Agus yang dia percaya. “Kebetulan sekarang kau kan sedang sendiri. Jadi minta tolonglah,” rengek Koko. Untuk merayu teman lamanya itu agar mau menuruti keinginannya, Koko bahkan bersedia memberikan hadiah kepada Agus, apa pun permintaannya. Mau mobil atau rumah sederhana, Koko akan turuti. Koko memang kaya. Lelaki yang pernah menjadi wakil rakyat ini juga berprofesi sebagai investor. Cuma sayang, dari lebih 10 tahun menikah dengan Magda, Koko belum dikaruniai momongan. Agus bersikukuh menolak, di sisi lain Koko tidak pernah jera merayu temannya itu. Yang terakhir bahkan terkesan memaksa. Entah bagaimana caranya, Koko mengirimkan mobil lengkap dengan surat-suratnya atas nama Agus ke rumah. Dengan terpaksa Agus akhirnya menerima permintaan Koko. Tapi dengan satu catatan: dia tidak mau menerima hadiah apa pun dari Koko. Ini adalah urusan pertemanan. Maka mobil pun dikembalikan. Pernikahan sederhana Agus vs Magda pun digelar secara sederhana di rumah Agus yang juga sederhana. Di sebuah kompleks perumahan kawasan Wiyung. Koko juga hadir. “Tapi jangan kau sentuh dia,” bisik Koko setelah akad nikah. Kalimat singkat dan sederhana tersebut ternyata tidak menjadi sederhana di tengah telinga Agus. Entahlah. Ada sesuatu yang menyakitkan terasa di dada. “Saya sendiri tidak tahu mengapa,” kata Agus. Di luar dugaan. Ternyata anak-anak Agus yang masih polos menyambut baik kehadiran Magda di tengah-tengah mereka. “Mama Magda mama baru aku dan adik ya Pa?” tiba-tiba saja anak sulungnya bertanya. Agus sempat blingsatan tidak bisa menjawab. Dia hanya memandang mata Magda dengan penuh ketidakberdayaan. Yang dipandang membalasnya dengan senyum. Senyum yang tulus. “Ya. Mama baru. Kalian suka?” kata Magda, yang dijawab anggukan serempak si sulung dan si bungsu. Tidak hanya si sulung dan si bungsu, Magda pun merasa cocok dengan anak-anak tadi. Itu diakui Magda di depan Agus. Mereka seperti anak-anak dan ibu kandung. Arab. Hangat. Dan mesra. Sepekan lewat dari batas waktu yang disepakati, Agus belum menceraikan Magda seperti permintaan Koko. Agus minta waktu agar bisa memisahkan anak-anak dari Magda. (jos, bersambung)

Sumber: