Atasi Stunting, Bhayangkari Jember Luncurkan Si CanTing
JEMBER - Pengurus Cabang Bhayangkari Jember meluncurkan aplikasi bernama Si CanTing, Jumat (16/8). Ini sebagai wujud empati dan kepedulian mereka untuk ikut memberantas stunting.
Launching langsung dipimpin oleh Ketua PC Bhayangkari Jember Cut Laura Kusworo Wibowo. Si CanTing merupakan buku saku pintar berbasis android pencegah anak stunting. Cut Laura mengatakan, ini adalah bentuk empati dari seorang ibu khususnya ibu-ibu Bhayangkari melihat kondisi belakangan ini.
“Stunting sudah menjadi pembahasan nasional. Kita ketahui bersama bahwa ini adalah kondisi dimana anak gagal tumbuh seperti usianya, kita lihat tinggi dan berat badannya tidak normal. Dan tentunya ini berkaitan dengan gizi yang diperoleh si anak,” kata Laura Kusworo Wibowo di sela launching di Gedung Bhayangkari.
Cut Laura menilai, terjadinya stunting tidak terlepas dari kurangnya edukasi kepada masyarakat. Biasanya, seorang ibu membekali anaknya dengan nasi dan ayam, mereka pikir itu sudah cukup gizi padahal tidak.
"Yang kita tekankan di sini adalah bukan makanan bermerk atau mahal tetapi yang isinya mencakup ada vitamin A, B, dan C,” paparnya. Cut Laura menyebut dengan nasi, tahu, tempe, sayur dan susu menurutnya sudah sesuai komposisi.
Untuk mengatasi stunting, ke depan para Bhayangkari berencana mengunjungi setiap kecamatan untuk memberikan edukasi dan mengenalkan aplikasi Si CanTing serta penggunaan cara memakainya.
“Caranya mudah, kita masukkan data dari anak seperti umur, berat badan, tinggi badan. Nanti akan terlihat di situ masuk kategori stunting atau tidak. Kalau si anak ternyata kategori stunting di situ ada penjelasannya bagaimana caranya mengatasi atau mencegahnya,” jelasnya.
Peluncuran Si CanTing mendapat apresiasi dari Dinas Kesehatan Jember. Dwi Handarisasi, Kasi Keluarga Gizi dan Masyarakat mengatakan, aplikasi tersebut membantu untuk memantau status gizi balita/anak. Nilai plus dari aplikasi ini kata dia, tidak hanya memantau gizi tetapi juga memcahkan masalah gizi.
“Tidak hanya sekadar memantau status gizi balita tetapi dilengkapi dengan saran, kemudian permasalahan yang ada pada balita itu apa dan apa yang harus dilakukan oleh ibu ketika balitanya bermasalah,” urainya.
Dari data Dinas Kesehatan Jember ada delapan kecamatan masuk lokus stunting di antaranya Kencong, Jelbuk, Kalisat,Panti, Ledokombo, Gumukmas. Dwi handarisasi menyebut, masyarakat ekonomi menengah ke bawah menjadi penyumbang terbanyak stunting. Kendati demikian, kelas menengah ke atas juga tidak lepas dari masalah stunting. Alasannya, ada pada perilaku pola asuh yang salah dari orang tua.
“Tahun 2014 dari dari pemantauan status gizi balita di posyandu oleh Pemprov Jatim kita memang tinggi di atas 41%. Tapi dari hasil survei operasi timbang Februari 2019 kita sudah turun di 11%. Angka pastinya sekitar 1.7000 balita dan ini menjadi PR besar kita,” ungkapnya.
Dengan adanya aplikasi Si CanTing ini Dwi Handarisasi optimis permasalahn stunting di Jember bisa berkurang, karena tidak hanya mendeteksi tetapi juga memberikan solusi dalam memecahkan stunting. (edy/udi)
Sumber: