Menantu Keluarga Kaya (4-habis)

Menantu Keluarga Kaya (4-habis)

Puas Hancurkan Kakak Sulung

Kaki Danang nyanthol di kusen jendela yang masih menyisakan pecahan kaca. Darah segar mengucur dari punggung pahanya. Melihat itu, Utami tak beranjak dari tempatnya jatuh. Matanya hanya memandangi Danang meringis kesakitan. “Mau ke mana kamu? Lari dari tanggung jawab?” tanya Utami. Lirih. Danang hanya menyelipkan senyuman di antara seringai kesakitannya. “Maafin aku, Mi. Nanti aku pasti kembali. Yang jelas aku sudah merasa puas,” gumam pria dengan tato naga di lengan kanan ini—sempat ditunjukkan Utami kepada Ikin. Itulah pertemuan terakhir Utami dengan Danang. Tebersit di pikiran Memorandum untuk mengetahui perasaan Utami ketika menceritakan itu. Namun, upaya dengan memperhatikan perubahan mimik perempuan yang memang cantik ini tak membuahkan hasil. Wajahnya datar-datar saja. Demikian pula nada suaranya. Ada satu ungkapan Danang yang tidak akan Utami lupakan. Hal itu dikatakan saat suaminya itu hendak menghilang di balik kegelapan malam. “Aku sudah puas menghancurkan Andik,” itulah yang terngiang di benaknya. Mendengar itu, ingatan Utami spontan melayang ke cerita Andik bahwa anaknya telah diperkosa Danang. Lia dijemput paksa dari sekolah dan seminggu disekap di sebuah hotel. “Lia sampai sekarang masih trauma dan masih dalam perawatan intensif psikiater. Lia juga bercerita bahwa Danang melakukan ini karena dendam kepada Andik, ayahnya,” tambah Utami. Menurut Utami, saudara-saudara suaminya sejak dulu memang tidak pernah akur. Danang dan saudara kedua juga demikian, namun tidak separah perseteruan Danang vs Andik. Mereka jarang kumpul. Semasa kedua orang tua mereka masih hidup pun, tidak pernah ada pertemuan bersama. Seluruh anggota keluarga seperti hidup sendiri-sendiri. Komunikasi hanya terjadi melalui HP, itu pun sangat jarang. Pengikat mereka hanya pengacara keluarga, sebut saja Kinasih Artinya, mereka baru akan berkumpul bila ada kontak dari Kinasih. Dan, itu hanya terjadi sekali-dua kali dalam setahun. Yang dibicarakan hanya seputar kekayaan dan pembagiannya. Terutama, pada hari-hari terakhir kehidupan ibu mereka. “Danang mungkin dendam kepada Andik karena menilai kakaknya tersebut tidak adil dalam pembagian hasil usaha perusahaan. Juga harta warisan. Itu dugaanku. Tapi entahlah,” kata Utami. Suaranya datar. (jos, habis)

Sumber: