Istriku Pertanda Akhir Zaman (3)

Istriku Pertanda Akhir Zaman (3)

Kembali Jual Suara

Dari kursi rodanya, dengan deg-degan Ahmad melihat Nia naik panggung. Para pengiring menyambut dengan musik pembuka lagu Payung Hitam-nya Iis Dahlia. Sangat meriah. Tepuk tangan menggema riuh saat Nia mulai menyanyikan awal syair. Tepuk tangan kembali bergemuruh kala perempuan ini mengakhiri lagu. Teriakan “lagi-lagi” terdengar makin keras, makin keras, dan makin keras. Begitulah. Sudah lima lagu Nia dendangkan, penonton selalu meneriakkan “lagi-lagi” di akhir setiap lagu. “Aku tidak menyangka Nia masih diterima penonton. Suaranya memang bagus. Dia tidak menjual goyangan seperti kebanyakan penyanyi dangdut lain,” kata Ahmad. Ada nada bangga pada tekanan suaranya. Walau begitu, dalam hati Ahmad belum bisa menyetujui istrinya kembali menjadi tontonan. Ia risih. “Rasanya tidak rela melihat Nia dipandangi berpuluh-puluh mata saat manggung,” imbuhnya. Pada suatu kesempatan Nia mencoba mengajak Ahmad bicara. Lelaki dengan cambang panjang ini menanggapi dengan setengah-setengah. “Kebutuhan kita semakin tercukupi kan?” kata Nia seperti titirukan Ahmad. “Tapi dengan cara menjual tubuh dan suaramu untuk dinikmati orang banyak?” sela Ahmad. “Ini hanya untuk sementara, Mas.” “Sampai kapan?” “Sampai keuangan kita stabil. Mudah-mudahan usaha kita mengelola minimarket semakin berkembang.” “Pokoknya aku tidak setuju kamu kembali ke dunia panggungmu. Tidak. Titik,” tegas Ahmad. Nia diam, kemudian meninggalkan tempat. Ahmad yang ditinggal sendirian secara tidak sengaja jari-jemarinya menekanan tuts HP-nya. Munculnya video tausiyah Ustaz Faisal Tanjung. “Pada tausiyah itu Ustaz menjelaskan tanda-tanda akhir zaman. Di antaranya dibacakan hadis riwawat Ath Thabarani yang menjelaskan di akhir zaman nanti alat musik dan para penyanyi wanita merajalela serta khamr dianggap halal,” kata Ahmad. Hatinya bergetar. Tak sekedar getar, gerakan tak teratur yang menendang dinding jantungnya makin lama makin keras seperti pukulan telak Khabib Numagomedov mendarat di wajah Conor McGregor. Dengan suara keras Ahmad lantas memanggil Nia. “Dengar ini. Kariermu sekarang ini adalah pertanda datangnya hari akhir. Hari kiamat. Kamu mau menjadi tanda kiamat?” tegas Ahmad. Nia bergeming. Ia kembali ke kamar belakang dan membanting pintu sekat keras-keras. Ahmad yang ditinggal hanya mampu memandangi daun pintu sekat membuka-menutup membuka-menutup sampai akhirnya berhenti. Grek! (jos, bersambung)

Sumber: