Dipaksa Pakai Rok yang Lebarnya Hanya Sejengkal
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Hery melihat Rini seperti menyimpan beban yang sangat berat. Dia sangat ingin menguranginya, bahkan membebaskan perempuan tersebut dari impitan beban tadi. Tapi, bagaimana caranya?Inilah kelanjutan kisah Hery, yang disajikan dengan gaya bertutur. “Sejarah berulang bagaimana?” kataku. Rini mengaku sempat bekerja seperti almarhumah ibunya di sebuah pabrik rokok di Kediri. Ternyata bukan hanya pekerjaan yang diwariskan sang ibu, melainkan juga nasib buruknya. Pada suatu hari Rini menghadiri undangan pengantin di Jombang. Dia bersama pacarnya. Sepulang dari acara resepsi sekitar pukul 22.00, mereka dibegal di tengah perjalanan. Pacarnya dihajar hingga gegar otak—dan meninggal tiga bulan kemudian, motornya dibawa kabur, dan Rini digilir dua perampas motornya. Sama dengan almarhum ibunya, Rini pun hamil dari benih bajingan. Ada satu yang patut dipuji pada ibu dan anak ini, “Aku ingin mewarisi sikap almarhumah yang baik. Tidak menggugurkan kandungan. Nenek mendukung,” cerita Rini. Kini anaknya sudah berumur 1,5 tahun dan dititipkan di PAUD. “Namanya—sebut saja—Intan. Dia diasuh buyutnya di Kediri. Aku bekerja di sini atas ajakan seorang tetangga.” “Sudah lama?” “Belum. Masih tiga bulan. Kenapa? Pak Hery punya alternatif pekerjaan lain untukku?” “Kok balik pertanya?” “Aku sebenarnya tidak nyaman di sini. Kalau tidak terpaksa, tidak mungkin aku di sini.” Peremuan berambut sebahu dan berdagu nyathis ini lantas bercerita bahwa di desa dia terjerat utang yang tidak kecil. Waktu itu anaknya jatuh saat bermain di balai RW. Kepalanya terbentur batu dan terjadi pendarahan di otak. Si anak harus dioperasi karena ada gumpalan darah di otak anak tadi, agar tidak menjadi penyebab penyakit yang lebih parah. Pak RW yang membiayai seluruh kebutuhan rumah sakit. Rini sempat bersyukur dan berterima kasih kepada Pak RW. Tapi tidak disangka, Pak RW menolong Rini bukan tanpa pamrih. Ketika Rini sowan ke rumahnya untuk mengucapkan terima kasih, lelaki beristri dua itu berterus terang sudah lama naksir dan ingin memperistrinya. Dijadikan yang ketiga. Tentu saja Rini menolak. Saat itulah Pak RW mengeluarkan jurus orang kuasa: mengancam. Bila tidak bersedia menjadi istri ketiga, Rini harus mengembalikan biaya rumah sakit yang nilainya sangat besar. “Aku tidak mampu. Makanya aku mau diajak tetangga bekerja di Surabaya, yang katanya gajinya lumayan besar. Nggak tahu kalau begini,” cerita Rini, yang menambahkan bahwa dia sering disemprot bosnya dan sebagian tamu lantaran bersikap kolot. “Aku pernah dipaksa memakai baju dengan belahan dada terbuka lebar dan rok mini yang lebarnya hanya sejengkal.” Entah sudah berapa kali Rini menolak ajakan tamu-tamu yang ingin mem-booking out. Sudah tak terhitung. Di room pun, Rini selalu mengelak bila ada yang berbuat tidak senonoh. Sebagian tamu complain, bahkan menukarnya dengan purel lain. Namun, tidak sedikit pula yang menghormati sikap Rini. Karena masih banyak yang ingin ditemani Rini itulah, yang menjadikan dia masih diperbolehkan bekerja di tempat hiburan tersebut. (bersambung)
Sumber: