Jurnalisme Data, Kecepatan Penting, Akurat Lengkap Lebih Penting

Jurnalisme Data, Kecepatan Penting, Akurat Lengkap Lebih Penting

Malang, Memorandum.co.id - Perum Jasa Tirta (PJT) I mengajak jurnalis dari wilayah sungai Brantas, Bengawan Solo dan Toba Asahanbelajar jurnalisme data di era digital. Workshop digelar, Jumat (16/07/2021) dengan virtual menghadirkan narasumber Atmaji Sapto Anggoro, CEO PT Binokular Media Utama. Workshop dibuka langsung Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan sekaligus keynote speaker. Sementara nara sumber, Sapto, dikenal sebagai mantan CEO Tirto.id serta pendiri detik.com dan merdeka.com, media online terkemuka di Indonesia. Dalam penyampaiannya, Raymond mengapresiasi workshop dari Forum Jurnalis Peduli Sungai yang berasal dari Surabaya, Malang, Batu, Lamongan, Medan, dan Toba. "Dunia jurnalistik tidak asing bagi saya. Dulu saya juga sempat hampir menjadi jurnalis pada tahun 90-an. Meskipun dalam tes dinyatakan lolos, tapi saya memilih melanjutkan kuliah hingga bekarir di PJT I," teangnya. Dengan pengalamanya itu, ia mengaku sangat mengapresiasi kerja wartawan. Bahkan, ia selalu membalas WA atau telpon dari wartawan meskipun malam. "Saya paham kerja wartawan juga ada deadline. Jadi saya berharap, semoga kegiatan ini bisa menambah ilmu bagi kawan-kawan jurnalis," lanjutnya. Sementara itu, Sapto selaku narasumber menjelaskan, bahwa jurnalisme data bukan hal baru di dunia jurnalistik. Meskipun perkembangan dunia digital saat ini sangat cepat, namun jurnalisme data masih menjadi hal penting. "Saat ini banyak informasi hoaks, missinformasi dan disinformasi melalui media sosial. Peran jurnalisme data ini sangat penting. Tujuannya, untuk bisa meng-counter informasi yang salah itu," jelasnya. Menurutnya, di dalam jurnalisme data, kecepatan tidak menjadi hal terpenting. Karena akurasi data yang tepat dan lengkap, menjadikan berita menjadi lebih kredibel. "Yang dicari orang saat ini adalah kebenaran. Namun kebenaran tidak tunggal tapi bisa diadu fakta dan datanya. Celaka buat seorang jurnalis jika tidak menyampaikan data yang benar," lanjutnya. Diakuinya, media sosial saat ini sangat banyak. Kecepatan menjadi kelebihanya. Sementara untuk jurnalistik, lebih membutuhkan waktu dalam mengolahnya. Apalagi, membutuhkan konfirmasi bahkan rekonfirmasi atas informasi yang didapat sebelum naik berita. Dalam sesi tanya jawab, sejumlah jurnalis menanyakan perihal sulitnya mencari data yang akurat. Selain itu, berkembangnya media sosial juga menjadi tantangan baru para jurnalis. Tentunya di tengah banyaknya informasi yang beredar di masyarakat. (edr)

Sumber: