Pasutri Setahun Gagal Penetrasi (2)

Pasutri Setahun Gagal Penetrasi (2)

Divonis Menderita Vagisnismus

Ritual membuka suwarga Yani pun dilakukan. Mulai bakda Duhur sampai menjelang tengah malam. Tiga azan, Asar, Magrib, dan Isya, dilewati begitu saja. “Saya tidak bisa mengingatkan Yani dan Nenek untuk salat. Mereka bersama wong pinter-nya di kamar tertutup,” kata Yono, yang sebenarnya harus ikut bersama mereka, tapi bisa ditolak. Pesan wong pinter-nya, jangan digunakan dulu sampai esok malamnya. Aturan ini dituruti. Keesokan malamnya, masih di Banyuwangi, Yono dan Yani tidak sabar membuktikan khasiat ritual wong pinter yang dikenal sebagai Mbah Dugo itu. Hati mereka deg-degan seperti pengantin baru. Selesai salat Isya, pasangan ini sudah bersiap-siap memulai pertarungan. Senyum cerah Yono tersungging selama pemanasan. Tapi, Yani tegang. Ketika kedua perangkat sudah berhadap-hadapan, kejadian seperti yang sudah-sudah terulang. Yani merasa daerah penaltinya nyeri. Yono merasa tendangan 12 pasnya membentur benda keras. Keduanya kecewa. Yani keluar dan protes kepada si nenek. “Di antara kalian pasti ada yang tidak yakin terhadap kekuatan Mbah Dugo yang membantu proses pembukaan gerbang suwarga Yani. Jopo montro Mbah Dugo memang sia-sia kalau yang ditolong tidak yakin,” kata perempuan sepuh itu. Yani cemberut. Yono tersenyum dan misuh di dalam hati. Nenek menyarankan prosesi diulang, namun dengan catatan Yono harus yakin. Yono menolak. Kata lelaki muda ini, sampai kiamat tiba dia tidak akan percaya kepada hal-hal yang demikian. “Ketika kita pusing dan minum obat sakit kepala, percaya atau tidak percaya terhadap kasiatnya, kita pasti sembuh. Ini tidak ada hubungannya dengan yakin atau tidak yakin,” kata Yono ke Yani dalam perjalanan pulang ke Surabaya. Keputusasaan Yani makin dalam. Tapi, tidak demikian dengan Yono. Dia terus berupaya. Kali ini Yono bahkan merasa punya senjata untuk memaksa sang istri mengikuti langkahnya: upaya medis. Upaya yang logis dan masuk akal. Dalam perjalanan itu pula hal ini dibahas. “Aku kan sudah menuruti langkahmu berobat ke wong pinter. Yang ternyata gagal. Kini giliranku minta kamu ikut langkahku,” kata Yono. Yani tetap menolak. Alasannya masih tetap sama: malu. Yono tidak memaksa. Percuma. Pemaksaan malah akan menghasilkan pertikaian. Dan, Yono sangat menghindari itu terjadi di dalam rumah tangganya. Sesampai di Surabaya, keesokan harinya Yono bertekad menemui dokter yang bisa dimintai penjelasan dan pertolongan soal ini. Dia mendatangi RSUD dr  Soetomo di Jalan Karangmenjangan. Intinya dia akan bertanya: bisakah medis menyelesaikan persoalan yang dihadapi bersama Yani. Di rumah sakit, Yono diterima dokter ahli kandungan dan kebidanan, sebut saja dr Ana. Waktu itu dijelaskan bahwa Yani merupakan satu dari sekian penderita disfungsi seksual pada wanita. Data global menunjukkan, 41 persen wanita di dunia mengalami disfungsi seksual. Vaginismus adalah jenis gangguan seksual yang dialami Yani. “Vaginismus merupakan kontraksi otot berlebihan pada bagian sekitar organ intim wanita. Kondisi ini membuat organ intim wanita tertutup hingga sulit atau bahkan tak bisa dipenetrasi,” kata dr Ana. (jos, bersambung)      

Sumber: