BEM Unair Diterpa Isu Penggelapan Uang Jaket, Begini Detailnya

BEM Unair Diterpa Isu Penggelapan Uang Jaket, Begini Detailnya

Surabaya, memorandum.co.id - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair) baru-baru ini diriuhkan oleh kabar kurang sedap yang menyebutkan adanya kasus penipuan dalam proyek pengerjaan jaket BEM Unair. Kasus ini bermula dari unggahan seseorang yang bernama Achmad Alak di jejaring media sosial Instagram pada Rabu, (16/6/2021). Dia mengungkapkan telah terjadi praktek penipuan oleh vendor yang menggarap proyek jaket BEM Unair. Achmad Alak merupakan salah satu anggota BEM Unair yang duduk sebagai Menteri Ekonomi Kreatif. Dalam videonya, Achmad Alak berujar bahwa vendor yang dikenalkan oleh Menteri Inspektorat Jenderal BEM Unair, Zinedine Reza lepas komitmen dari MoU yang telah disepakati. "Rekomendasi vendor dari Zinedine itu terpaksa saya setujui. Kemudian kita lanjut bikin MoU. Sebagai tanda jadi saya mengirimkan uang sebesar Rp 3 juta dan pembayaran termin pertama sebesar 17 juta 40 ribu rupiah. Namun pihak vendor yang diwakili oleh Widhi Arif Budiman tidak menghendaki, bahkan setelahnya ia tidak dapat dihubungi," jelas Alak dalam videonya. Selanjutnya, Alak meminta Abdul Chaq untuk membantu mencari jalan keluar. Chaq selaku Presiden BEM Unair lantas memberikan opsi dengan melakukan peminjaman uang kepada Dirmawa demi mengganti uang yang hilang dibawa Widhi. Dalam kondisi tersebut, Alak menolak lantaran merasa hal itu bukan langkah yang tepat untuk penyelesaian masalah, terlebih uang hasil pinjaman dari Dirmawa akan diganti menggunakan anggaran BEM. Alak bersikeras menilai uang jaket yang dibayarkan melalui kantong mahasiswa itu harus jelas ke mana dan harus kembali. Namun, setelah Alak berkonsultasi dengan Dirmawa, ternyata dikonfirmasi bahwa Chaq telah meminjam uang sebesar 20 juta kepada Dirmawa dengan alasan Kementerian Ekonomi Kreatif mengalami musibah. “Setelah saya berkonsultasi dengan Dirmawa, ternyata Chaq tetap meminjam uang dengan alasan Kementerian Ekraf terkena musibah dan mencairkan uang sebesar 20 juta,” jelas Alak. Alak juga mendapati informasi bahwa uang tersebut telah cair kurang lebih sejak tanggal 3 Juni. Akan tetapi Alak mengaku tidak pernah menerima uang sebesar 20 juta sebagai biaya pembuatan jaket. “Saya kecewa karena tidak pernah diberitahu dan tidak pernah tahu ke mana uangnya sekarang. Setelahnya saya mencari dan menggali informasi tentang Widhi, Zinedine, dan Chaq, ternyata mereka semua saling mengenal dan teman dekat,” ulasnya. Tak kunjung mendapat titik terang, Alak pun telah melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya serta mengajak seluruh mahasiswa untuk turut mengawal kasus pengerjaan jaket BEM Unair agar tidak sampai terjadi kembali hal yang tidak diinginkan. Adapun saat ini, kasus yang dilaporkan Alak ke Polrestabes Surabaya masih dalam tahap pengumpulan bukti untuk keperluan proses lebih lanjut. "Masih dalam tahap pengumpulan bukti sehingga bukti belum bisa ditunjukkan kepada publik," katanya seperti dilansir dari Mercusuar Unair. Kata Alak, jalur hukum yang ditempuh ini sebagai upaya pertanggungjawabannya agar uang mahasiswa yang dibawa vendor dapat kembali "Untuk langkah selanjutnya, yang jelas saya akan melakukan langkah terbaik untuk kepentingan dan kemashlahatan bersama," pungkasnya. Sementara itu, Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia Kusumawardani saat dikonfirmasi terkait hal ini pihaknya memang sudah mengetahui namun tak ingin berkomentar lebih jauh. "Iya, sepertinya mereka sudah membuat rilis (berita)," kata Martha singkat. (mg3)

Sumber: