Langit Hitam Majapahit – Matahari Majapahit (2)

Langit Hitam Majapahit – Matahari Majapahit (2)

  Sementara itu, pada sore hari di kediaman seorang Dharmaputera, Mpu Nambi, Ken Banawa telah tiba dengan pakaian lengkap sebagai seorang perwira. “Sebelumnya, aku ingin mengetahui pendapatmu tentang kemelut di Sumur Welut,” Mpu Nambi membuka pembicaraan. “Tuan Patih,saya tidak dapat mengatakan bahwa semua yang terjadi di kademangan itu adalah kejahatan biasa. Kegiatan mereka terlalu sering dan makin meresahkan. Laporan dari petugas sandi pun menguatkan apabila para perusuh itu bukan orang biasa. Mereka mempunyai keterampilan seperti prajurit.” Ken Banawa menarik napas panjang setelah memberi tanda tentang sikap yang akan diambilnya jika ia mendapat wewenang penuh dari Mpu Nambi. Pembantu dekat mendiang Kertarajasa Jayawardhana lekat menatap wajah Ken Banawa. Mpu Nambi telah mempunyai rencana khusus tetapi ia ingin mendengar terlebih dahulu pendapat senapati kepercayaannya ini. “Lantas, menurut laporan para telik sandi dan kesimpulanmu yang terakhir, apakah cukup kita melakukan satu serbuan pasukan khusus?” “Seseorang telah mendahului kita, Tuan.” Kedua alis Mpu Nambi bertaut, ia sedikit terkejut ketika Ken Banawa mengatakan itu. Kemudian katanya, ”Ini perintah Sri Jayanegara yang diberikan padaku secara rahasia, lalu bagaimana ada orang tahu? Baiklah. Apakah orang yang kau maksudkan itu akan menyebarkan perintah ini?” “Tidak!” jawab cepat Ken Banawa, ”ia bukan berasal dari lingkungan istana ini. Seorang keponakan Nyi Retna. Ia bernama Bondan, murid Resi Gajahyana.” Sedikit lega dapat dirasakan oleh Mpu Nambi, lantas ia menyusulkan pertanyaan lagi, ”Bagaimana kau dapat memercayainya?” “Ia telah memberi bukti kesetiaan dan pengorbanan yang luar biasa. Kematian Wiratama telah mendapatkan jawaban melalui sebuah perang tanding yang terjadi antara Bondan dengan pembunuh Wiratama.” Ken Banawa berhenti sekejap, kemudian ia melanjutkan, ”Bondan adalah saksi kunci pembunuhan itu dan ia menuntut balas dengan menyematkan diri sebagai seorang duta Majapahit.” “Ia terlalu gegabah!” “Benar, Tuan Patih. Saya tidak mengingkari itu.Tetapi Bondan bersama saya saat itu.” “Ini terlalu mudah jika aku tidak menganggapnya sebagai suatu kebetulan.” Setelah merenung sejenak, Mpu Nambi berkata, ”Aku dapat menerima keteranganmu. Peristiwa itu biarlah tetap diketahui oleh banyak orang sebagaimana seperti sekarang yang tersebar.” Mpu Nambi berdiam diri sejenak sambil menatap lurus Ken Banawa. Walau ia sedikit merasa tidak tenang namun nama Resi Gajahyana dapat menjadi sebuah tanda khusus. Lalu tanya Mpu Nambi, ”Apakah Bondan mendapatkan wewenangmu untuk bertindak di luar kewajaran?” “Tidak! Saya perintahkan dirinya untuk  menunggu bala prajurit datang memasuki wilayah Alas Cangkring. Bahkan, saya melarangnya untuk menemui Ki Lurah Guritna. Kehadiran Bondan adalah telinga dan mata saya untuk saat ini di daerah perondaan Ki Lurah Guritna.” “Aku dapat melihatmu begitu percaya pada anak itu. Bahkan mungkin kepercayaan yang sangat tinggi telah kau berikan padanya,” kata Mpu Nambi kemudian. “Ken Banawa, aku memintamu untuk membawa sekelompok prajurit untuk berangkat ke Sumur Welut dalam waktu dekat. Dan aku juga minta kepadamu untuk merahasiakan hal ini seperti yang diminta oleh Sri Jayanegara.” “Saya sedang mendengarkan, Tuan.” “Aku ingin menanyakan satu hal yang masih menggangguku.” “Silahkan, Tuan.” “Jika anak itu adalah murid Resi Gajahyana, apakah itu berarti pasukanmu akan mendapat kekuatan besar?” “Saya telah menyaksikannya berkelahi. Saya melihat kekuatan dan kecepatan yang ada dalam dirinya, dan memang itu akan menjadikan kami lebih kuat.” “Maka, dengan begitu, jadilah kalian satu kelompok yang tangguh!” “Dengan sepenuh hati, Tuan.” Usai pembicaraan tertutup di antara mereka, Ken Banawa keluar meninggalkan ruangan, menuju barak pasukannya di sebelah utara kediaman Mpu Nambi. (bersambung) [penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="left" withids="" displayby="tag" orderby="title"] [penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="Baca Juga" background="" border="" thumbright="no" number="8" style="list" align="left" withids="112712, 112894, 113534, 113738, 114210, 114613, 114659" displayby="recent_posts" orderby="title"]      

Sumber: