Istri Diserobot Ayah Angkat (3-habis)
Bergandeng Mesra Keluar Butik
Mendadak suatu saat Rudi dipanggil ke rumah mertua. Dengan alasan kasihan melihat menantunya yang sendirian pasca ditinggal Likah, mereka menyarankan Rudi segera mencari istri baru. Diakui Rudi pernah sempat berpikir begitu. Walau demikian, Rudi menyatakan kecewa ketika penawaran itu keluar dari bibir mertua. “Saya shock. Kok semudah itu Bapak-Ibu (mertua, red) menyerah kehilangan anak satuya? Ini aneh. Pikiran itu menghantui otak saya.” Tapi, pikiran itu tersisihkan ketika Rudi diajak temannya yang sempat bertemu Likah di Cengkareng. Rudi diminta ikut kulakan ke Jakarta mumpung ada long weekend. “Siapa tahu ketemu istrimu,” canda temannya itu, sebut saja Agus. Benar saja, pada suatu Sabtu pagi mereka berdua terbang ke Jakarta. Sepanjang perjalanan mata Rudi tajam mengawasi sekeliling. Siapa tahu candaan Agus terbukti. Tapi, sampai di Jakarta dan keluar dari bandara, kemungkinan yang sebenarnya sangat tidak masuk akal itu benar-benar tidak terbukti. Sambil tersenyum kecut Rudi mengikuti temannya ke Mangga Dua. Menginap semalam di Jakarta, Agus memutuskan mengajak nyambangi konter dia di Bandung. Memang, selain Surabaya, Agus memiliki konter di Bandung, Jogja, Semarang, dan Surabaya. Dalam perjalanan ke Bandung, tiba-tiba telepon Rudi berdering. Dari ayahnya, Kandar. Setelah basa-basi sejenak, Kandar bertanya penuh perhatian. “Rud, Likah sudah ketemu? Kalau belum, jangan terlalu bersedih. Ini Ayah punya kenalan. Anaknya cantik. Neng geulis. Cocok untuk kamu. Nantilah kita bicarakan di rumah,” kata Rudi menirukan kata-kata Kandar. Meski sempat kaget mendengar kata-kata ayahnya, Rudi menanggapinya dengan datar. Kenapa sih orang-orang tidak mengerti betapa besar cintanya kepada Likah? Kok bisa-bisanya perempuan yang teramat sangat disayanginya itu disepelekan? Perlahan-lahan tawaran kedua mertuanya agar Rudi segera mencari pengganti Likah kembali terngiang. Tak terasa air matanya menetes. “Sungguh Pak. Aku sempat menangis. Aku sampai malu karena tepergok Agus saat mengusap pipi yang basah. Betapa perempuan yang aku sayangi begitu mudah dilupakan orang tuanya sendiri,” tutur Rudi. Tapi, rasa sayang Rudi ke Likah spontan berubah ketika tanpa sengaja dilihatnya perempuan yang sangat dia sayangi itu keluar dari sebuah butik, Tangannya erat menggandeng mesra pria paruh baya. Kandar. Ya, Kandar ayah angkatnya. Kakinya tiba-tiba gemeter. Rudi lemas. Jatuh terduduk di tepi trotoar. Agus yang memanggil-manggilnya tidak dihiraukan. “Padahal, waktu itu aku masih bisa mendengar suaranya. Katanya, ‘Rud… Rud… ada Likah. Itu. Keluar dari butik. Bersama pria yang dulu’,” tutur Rudi menirukan Agus. (jos/habis)Sumber: