Suami Suka Hasta Karya (2-habis)
Dijebak Ayam Abu-Abu
Malamnya, Koko diminta tentang kejadian itu. Lelaki Virgo tersebut beralasan tidak sengaja. Sebab, ketika melewati pintu, mendadak ia merasa ada sesuatu yang menyakitkan di punggung. Makanya dia menyentekkan bagian bawah pinggangnya ke depan. “Keesokan harinya saya lihat, ternyata benar. Ada kayu kusen pintu yang mblethat. Mungkin ini yang menusuk punggung Mas Koko,” kata Sakdiah, seolah mencoba mencari pembenaran atas sikap suaminya. Sejak saat itu Sakdiah lebih meningkatkan pengawasannya kepada Koko. Hampir setiap gerak-geriknya dia awasi. Meminjam istilah yang popular di masa Orde Baru, Sakdiah memberlakukan pengawasan melekat (waskat) terhadap Koko. Di sisi lain, demi menjaga nama baik suaminya di mata keluarga dan kerabat, Sakdiah masih berusaha menutu-nutupi tingkah laku suaminya di depan Harsi. Agar si keponakan itu tidak bercerita kepada orang tuanya, yang bisa menyebar ke keluarga besar. Padahal, suatu hari Sakdiah pernah membuktikan laporan Harsi bahwa Koko berusaha “membegal” payudara Sarijem. Itu terjadi ketika Sarijem menjemur pakaian. Koko pura-pura lewat di depan si pembantu, hendak memberi makan burung. Tiba-tiba mak-sret tangannya melayang ke dada Sarijem dan memegang payudara Sarijem. Tidak hanya diam, melainkan menari-menari di sana. Sarijem yang kaget spontan melepaskan pakaian yang hedak dijemurnya hingga berantakan di tanah. Dia hendak menjerit, tapi ditahan. Sakdiah yang melihat dari balkon kamar di lantai dua hanya mampu melongo. Sesuatu yang sangat mengejutkan terjadi. Setelah sekian lama mengunci mulut, Harsi memberi tahu Sakdian bahwa Koko baru saja menginap vs teman sekolahnya yang memang dikenal sebagai ayam abu-abu. Tidak sekadar membuka kedok omnya, Harsi mencoba menawarkan langkah untuk menjebak Koko. Tantenya harus terlibat. Dengan demikian, Sakdiah benar-benar tahu dengan mata kepala sendiri tingkah laku Koko. Kali ini Harsi bekerja sama dengan temannya yang ayam abu-abu tadi, sebut saja Iin. Awalnya Iin menolak. Namun setelah diancam bahwa statusnya sebagai ayam abu-abu akan dibongkar, Iin akhirnya bersedia bekerja sama. Peran Iin sangat ringan. Dia hanya diminta memberi tahu Koko bahwa dirinya bisa dipakai bersama-sama dengan sahabat karibnya. Istilah kerennya: threesome. Ternyata Koko memakan umpan yang dilemparkan Iin. Mereka janjian bertemu bertiga di sebuah hotel di kawasan Diponegoro. Hal ini lantas disampaikan Iin kepada Harsi. Iin sudah di lokasi. Dia dan Koko menunggu kedatangan Sakdiah yang diakui Iin sebagai pasangannya bermain threesome. Dengan hati berkecamuk Sakdiah dan Harsi meluncur ke hotel dari rumah mereka di kawasan Waru. Sepanjang perjalanan Sakdiah gelisah. Beberapa kali dia mengambil napas panjang dan mengeluarkannya dengan hentakan keras. Ini menunjukkan hatinya yang nyaris tidak bisa dikontrol. Harsi mencoba mengingatkan Sakdiah untuk bersabar. Sakdiah membalas saran Harsi dengan mengelus pundak keponakannya itu. Kemacetan yang selalu terjadi di Bundaran Waru dirasakan Sakdiah bagi ular yang melingkar-lingkar tanpa ekor dan kepala. Akhirnya sampai juga mereka ke hotel yang dituju. Keduanya lantas menuju kamar tempat Iin dan Koko menunggu. Sakdiah melangkah seperti banteng ketaton. Langkahnya panjang-panjang dan berat. Tamu-tamu hotel yang sedang berpapasan sampai harus minggir ketika berpapasan. Tepat di depan kamar, Sakdiah berdiri tegang. Dipencetnya bel. Harsi berdiri agak jauh. Bersandar ke dinding. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Muncullah wajah Koko. Wajah yang pucat pasi menatap mata Sakdiah. Plak! Sakdiah spontan menampar Koko dengan keras, lantas mendorongnya hingga tersungkur. “Kami lantas pergi meninggalkannya,” kata Sakdiah, yang mengaku suaminya beberapa kali berusaha minta maaf, tapi tidak dia hiraukan. (jos, habis)Sumber: