Rumah Istri Pengasuh Ponpes Shiddiqiyyah Digeruduk, Dampak Video Tuduhan PKI

Rumah Istri Pengasuh Ponpes Shiddiqiyyah Digeruduk, Dampak Video Tuduhan PKI

Surabaya, memorandum.co.id - Beredarnya dua video berisi fitnah yang menyebut Endang Yuniati, istri dari pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, KH Muchtar Mu'thi sebagai anak PKI dan Gerwani berdampak panjang. Rumah yang berada di lingkungan pondok itu digeruduk ratusan orang tak dikenal. Suasana rumah yang dihuni Endang Yuniati bersama anaknya itu menjadi sangat mencekam. Sore itu, sejumlah orang mulai melompat pagar. Mereka menyegel pintu dan jendela dengan kayu yang dipaku. Ironisnya, Endang beserta anak, menantu dan cucunya sedang berada di rumah. Qoim, putra ketiga Endang Yuniati mengungkapkan, sebelum kejadian pengepungan dan teror itu belangsung, aliran listrik rumahnya yang berasal dari travo induk pondok pesantren mendadak padam. Praktis rumahnya menjadi gelap dan CCTV di sekitar lokasi tidak berfungsi. "Kejadian itu dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Listrik di rumah kami tiba-tiba padam, sementara di pesantren tidak. Padahal aliran listriknya menyambung pada travo yang sama," kata Gus Qoim usai membuat pengaduan terkait fitnah dan pencemaran nama baik di Polda Jatim, Sabtu (5/6/2021). Ketika dalam keadaan gelap itu, kata Gus Qoim, ratusan orang tak dikenal tiba-tiba datang mengepung rumahnya. Saat kejadian berlangsung, tidak ada satupun pengamanan dari aparat ataupun dari keamanan pondok sendiri. "Karena listrik mati, delapan CCTV di sekitar rumah tidak berfungsi, sebagaian juga tampak seperti dirusak. Sementara ratusan santri dan orang tidak dikenal tidak dengan bebas mengepung rumah kami," tambah dia. Saat itu, Endang sempat keluar dari kamarnya. Dia memberitahukan ada beberapa orang yang sudah melompat pagar. Orang-orang tersebut kemudian melakukan penyegelan dua dari tiga jendela rumahnya dari luar menggunakan kayu yang dipaku. Massa juga menghadang pintu menggunakan jam yang terbuat dari kayu. "Saya mau mencoba melihat keluar tidak bisa karena pintu juga tidak bisa dibuka. Akhirnya kami keluar dari jendela yang belum disegel, ternyata dua jendela sudah dipaku menggunakan kayu yang dipalang. Dan pintu diganjel menggunakan jam lantai yang terbuat dari kayu besar," tandas dia. Anehnya, orang-orang yang melakukan pengepungan itu saat ditanya maksud dan tujuannya. Mereka hanya mengarahkan kamera HP untuk merekam. "Karena tidak menjawab, akhirnya kami menyingkirkan tumpukan barang dan jam yang mengganjal pintu," pungkas dia.(fdn)

Sumber: