Matnazu, Tukang Becak Naik Haji
SURABAYA - Matnazu Mucari Bungkas, kakek berusia 71 tahun asal Simo Hilir, Sukomanunggal, Surabaya, rela menarik becak selama 22 tahun demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan menabung untuk berhaji. Matnazu yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 28. Telah diberangkat ke tanah suci pukul 6.30 menggunakan pesawat Saudia Airlines melalui Bandara Internasional Juanda, Selasa(16/7). “Mau beli apa, masak orang miskin kayak aku ini mau beli barang mewah. Ya becak itu yang berharga untuk keluarga saya,” ucap Matnazu. Puluhan tahun dia bekerja dan tidak tertarik untuk membeli perabotan mewah. Meski berdinding tembok, tidak terpajang barang-barang bernilai ratusan rupiah sama sekali di rumahnya. Menurut kakek dari 20 cucu, barang yang sangat berharga ialah becak tua yang bersandar di depan rumahnya. Dengan becak tua itulah, Matnazu menghabiskan waktu sehari-hari. Mengais rezeki untuk menafkahi keluarga dan menghidupi anak-anaknya yang sekarang tinggal 9 orang setelah 3 di antaranya meninggal dunia. Dia menjelaskan penghasilan awal bekerja narik becak sehari Rp 50 ribu sampai Rp 100ribu. Namun semakin ke sini peminat becak mulai sepi, sehari hanya Rp 30ribu sampai Rp 50 ribu. “Tidak takut hasil sedikit, ada berapa sisa uang untuk belanja, saya tabungkan,” ujarnya. Matnazu nabung haji semenjak ditinggal istri (Sanatun) tahun 1972, dia masukkan hasil celengannya ke arisan. "Kalau tidak begitu ya habis, nggak bisa haji saya,” sahut Matnasu dengan senyum lebar. Setiap pagi-pagi sekali kakek berdarah Madura,mangkal di Pasar Sukomanunggal. “Saya ini tidak bisa diam di rumah, bahkan saya kemaren sebelum berangkat saja saya masih narik becak,” sambung Matnazu. Rupanya Matnazu tidak hanya bekerja sebagai penarik becak. Tahun 1972, ia bekerja sebagai kurir di kawasan Jembatan Merah Plaza. Kemudian bekerja sebagai karyawan di perusahaan ekspedisi. Namun, pada 1997 perusahaan tempat Matnazu menaruh harapan itu gulung tikar. Alhasil, dia beralih menjadi penarik becak.(imz/udi)
Sumber: