Vaksin Bentuk Kekebalan Tubuh, Bukan Bunuh Virus

Vaksin Bentuk Kekebalan Tubuh, Bukan Bunuh Virus

Surabaya, memorandum.co.id - Dokter RSUD dr. Soetomo menanggapi kebijakan pemerintah Korea Selatan yang akan membebaskan masker usai menerima vaksinasi Covid-19 mulai Juli mendatang. Kebijakan tersebut merupakan strategi Korsel agar masyarakatnya mau divaksin. Pasalnya, saat ini tingkat vaksinasi lansia di Korsel adalah sebanyak 7,7 persen. Sementara untuk mencapai herd imunity minimal 70 persen yang harus divaksin. Staf Departemen Ilmu Kesehatan RSUD dr. Soetomo, Dominicus Husada menjelaskan bahwa setiap vaksin memiliki tingkat daya tahan yang berbeda-beda terhadap virus tergantung jenis vaksin apa yang disuntikan kepada seseorang. Korsel diketahui menggunakan jenis vaksin Lfizer/BioNTech atau vaksin mRNA yang didesain untuk 2 kali suntikan, berbeda dengan jenis vaksin Johnson&Johnson yang hanya sekali suntikan. "Tergantung jenis vaksinnya. Untuk mRNA dalam sekali suntikan memang sudah meningkat imunitas namun vaksin ini didesain dua kali pemberian. Vaksin AstraZeneca kalau sudah sekali naiknya kekebalan cukup tinggi," terang Dominicus yang juga Sekretaris Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Timur, Jumat (28/05/2021). Pihaknya percaya bahwa vaksinasi merupakan salah satu langkah dalam mengatasi virus covid-19. Bahkan dengan vaksinasi masal hingga 70% maka akan menciptakan kekebalan masal atau herd immunity di suatu negara. "Tetapi bukan berarti menjamin seorang tidak akan terpapar virus covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) dengan tetap dinilai penting meskipun sudah dilakukan vaksinasi, memang benar imunitas akan naik namun bukan berarti membunuh virus. Virus akan selalu berada disekitar masyarakat," tegas Dominicus. Sementara Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan bahwa kondisi dan imunitas tubuh seseorang pun juga perlu diperhatikan. Perhitungan terkait keuntungan dan risiko tidak bermasker menjadi penting, lantaran vaksin tidak diperuntukkan untuk membunuh virus melainkan membentuk kekebalan tubuh. "Orang yang melepas masker harus memahami resiko bagi dirinya sendiri, misalnya penderita kanker, tidak mungkin tidak bermasker sekalipun sudah divaksin. Penderita HIV yang sistem imunnya belum bagus," paparnya. Lantas apakah imunitas tubuh seseorang pasti akan meningkat setelah divaksin? Agung tidak menjamin akan hal tersebut karena sistem tubuh setiap orang berbeda-beda. "Masalahnya kekebalan setelah divaksinasi itu menganalisisnya rumit. Jadi pengertiannya bukan sekali divaksin naik 50%, kalau dua kali bisa 100%. Itu gak bisa begitu. Yang jelas jika sudah menerima sekali, kekebalan diharapkan sudah mulai terbentuk," pungkasnya. (mg1)

Sumber: