MM FEB Unair Gelar Workshop CSR: Pembuatan Lagu Spiritual
SURABAYA - Program Studi Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) menggelar Workshop CSR:Pembuatan lagu spiritual untuk anak-anak kampung anak negeri. Acara yang diselengarakan di aula UPTD Kampung Anak Negeri, Jalan Wonorejo pada Sabtu (13/7) pukul 09.00-11.00 tersebut akan menghadirkan narasumber Kepala Prodi MM FEB Unair Dr Gancar Candra Premananto, SE, MSi, Henrico Seno Putra yaitu arrangger dan pencipta lagu, Dr Sri Hartini selaku dosen Manajemen FEB Unair selaku peneliti etika bisnis. “Acara ini disebut Workshop CSR, karena anak-anak UPTD Kampung Anak Negeri ditantang untuk menciptakan lagu dan kisahnya sendiri. Namun tetap dikaitkan dengan masalah Ketuhanan. Bila ada yang dianggap terbaik, maka akan dibantu untuk proses rekaman, video dan up load youtube. Semua dana pembuatan lagu terbaik akan ditanggung,” kata Kepala Program Studi Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair Dr Gancar Candra Premananto. Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, spiritualitas adalah berkaitan dengan kebahagiaan diri dan adanya hubungan dengan sang pencipta. Dengan demikian lagu spiritual adalah lagu yang diarahkan untuk menenangkan dan membahagiakan diri serta mengkaitkan segala hal dengan Tuhan. "Lagu rohani dapat dinyatakan sama dengan lagu spiritual, namun secara umum, lagu rohani sama seperti lagu religi, yang berkaitan dengan agama tertentu saja dan tidak bersifat umum," kata Gancar. Ketika disinggung mengapa mengangkat masalah lagu spiritual? Karena secara umum, kita manusia suka dengan irama. Sejak kecil kita biasa ditimang-timang orang tua dengan dinyanyikan lagu ataupun ayat-ayat Alquran yang juga berirama. Nah ketika dewasa, seringkali lagu-lagu yang kita nyanyikan adalah lagu galau, yang bahkan bukan merupakan cerita hidup kita sendiri. "Contoh lagu Sadis-nya Afgan, yang sering dinyanyikan orang yang tidak pernah mengalami peristiwa dijadikan sarana pelampiasan cinta. Lagu Surat Cinta untuk Starla oleh Virgoun, dimana kita sering menyanyikan padahal kita tidak pernah mengenal Starla," imbuhnya. Lanjutnya, beberapa lagu mengajak kita galau dengan penghayatan alias baper. Padahal penghayatan dapat berbahaya karena menjadikan apa yang dinyanyikan dapat menjadi seperti ungkapan doa. Maka ia berusaha menyampaikan bahwa kita semua pada dasarnya dapat membuat lagu, walaupun tidak paham musik dan not, seperti saya. Dan ketika membuat lagu, buatlah lagu yang apapun cerita yang ingin disampaikan memiliki pesan moral dan aspek mengingat pada Tuhan. Sementara lagu menurut dia, memiliki dampak yang kuat pada kondisi psikologi seseorang. Bahkan dalam dunia riset, jenis irama atau tempo musik akan mempengaruhi perilaku seseorang. Lagu bertempo cepat, perilakunya akan juga terbawa cepat dan sebaliknya. Riset juga menunjukkan lagu yang memiliki pesan negatif seperti bunuh diri akan juga membawa kondisi pendengarnya depresi dan terbawa untuk ikut bunuh diri. “Maka ciptakanlah dan bernyanyilah lagu yang memberikan efek positif dan membahagiakan serta mengingatkan kita pada sang pencipta,” jelas dia. Apa proses pembuatan juga harus melalui proses spritualitas? Menurut Gancar akan lebih baik ada proses spiritual. Tapi secara umum, lanjutnya mengingat Tuhan adalah dalam semua kondisi. Maka demikian juga menciptakan lagu bisa kapan dan dimana saja. "Lagu yang sudah saya ciptakan dan didaftarkan karya ciptanya adalah Azarine untuk mengenang almarhumah putri saya. ada lagu Kita Berdua untuk ulang tahun pernikahan saya dan istri, Sholawat Kangen sebagai doa agar kita dipertemukan dengan Nabi Muhammad SAW, dan Kala Cinta Tak Berbalas tuk mengingatkan saya selalu belajar ikhlas kepada siapapun yamg tidak membalas kebaikan yang kita berikan. Semua lagu yang diciptakanya gratis dan dapat dinikmati di Youtube dan Soundcloud, dengan nama Gancar Project,” beber Gancar. (alf/udi)
Sumber: