Disambut Wanita Cantik dan Anak-Anak di Pintu Pagar Rumah

Disambut Wanita Cantik dan Anak-Anak di Pintu Pagar Rumah

Yuli Setyo Budi, Surabaya Berumah tangga vs Parid dirasakan Dina seperti melayang di awang-awang. Tidak ada pijakan. Tidak ada tempat berpegang. Tidak ada arah tujuan. Walau demikian, Parid mampu menunjukkan jati diri sebagai suami yang bertanggung jawab. Semua kebutuhan dipenuhi. Baik lahir maupun batin. Karena itu, bila ditanya apanya yang kurang dari Parid, Dina tidak serta merta bisa menjawab. Semua yang dibutuhkan Dina serba tercukupi. Parid bahkan sanggup memberikan perhatian lebih. Kebebasan pun diberikan secara longgar. “Mungkin Dina merasa kesepian. Dia belum dikarunai momongan. Ayah dan ibu tidak jelas entah di mana. Mertua sudah tidak ada. Om tidak menghiraukan. Satu-satunya kerabat Dina hanya si tante,” kata pengacara Dina. Pengacara tersebut menambahkan, memang ada sesuatu yang aneh pada hubungan kliennya vs Parid. Antara lain, Parid tidak pernah memperkenalkan satu pun kerabat. Meski kakek-neneknya serta ayah-ibunya sudah meninggal, pasti ada satu-dua kerabat yang tersisa. Meski tah, ayah dan ibunya sama-sama anak tunggal. Yang kedua, Parid terlalu rajin menggarap tanahnya di desa. Tiap libur akhir pekan selalu digunakan Parid untuk pulang ke desa. Katanya untuk menggarap sawah. Tidak eloknya, Dina tidak pernah diizinkan ikut dengan alasan takut Dina kecapian turun ke sawah. Meninggalkan Dina di hotel juga tidak mungkin. Maka, ketimbang tidak ada yang bisa dilakukan di desa, mendingan Dina menunggu di rumah. Istirahat setelah seminggu penuh lelah bekerja. Nah, karena merasa tidak ada yang bisa dilakukan di rumah untuk membunuh waktu, suatu saat Dina nekat membuntuti kepulangan Parid ke desa. Dina secara khusus mengajak temannya menyewa Grab. Mereka mengikuti laju Honda Jazz sejak dari rumah di kawasan Kenjeran. Lewat tol, membelah wilayah Lamongan, dan memasuki Bojonegoro. Entah karena apa, tiba-tiba hati Dina berdesir. Begitu masuk kota, ternyata Parid tidak mengarahkan mobilnya ke arah Temayang sebagaimana pernah ditunjukkan Parid tempo hari. Suaminya malah belok ke kanan, masuk pusat kota. Di jalan dekat kantor kabupaten, Parid menghentikan Jazznya di depan rumah yang tampak sederhana tapi bersih. Parid turun dan membuka pintu pagar. Tapi belum sampai pintu pagar terbuka, seorang wanita berumur lima tahun lebih tua dari Dina menghambur keluar dari pintu rumah diikuti dua anak kecil. Mereka disambut pelukan mesra Parid. Melihat pemandangan tersebut, Dina tidak mampu membuka mulut. Dia pandang teman yang mengantar dia, seolah minta dikuatkan batin. Tanpa banyak kata pula, Dina minta sopir Grab balik arah menuju Surabaya. Dina merasa mobil yang dia tumpangi seperti dilempar. Jarak sekitar 120 km hanya ditempuh kurang dari dua jam. Mendekati rumah, Dina dikejutkan ramai-ramai di tempat tinggalnya. Dina turun. Dia samperin orang-orang tersebut. Belum sampai masuk rumah, Dina didekati seorang pria berpakaian rapi dengan dandanan klemis. Orang tersebut memperkenalkan diri sebagai polisi dan sedang mencari Parid. Terjadilah dialog Dina vs lelaki tersebut. Dari lelaki itulah Dina mengetahui bahwa suaminya ternyata seorang pengedar narkoba yang sedang dicari-cari polisi. “Dina akhirnya berterus terang bahwa suaminya sedang pulang kampung ke Bojonegoro,” kata pengacara Dina. Dina menjelaskan secara detail arah rumah Paried di Bojonegoro. “Ternyata wanita dan anak-anak yang menyambut Parid di Bojonegoro adalah keluarga kecil Parid. Istri dan anak-anaknya. Setelah tahu fakta itu, Dina minta tolong diuruskan gugatan cerainya,” kata pengacara tersebut. (habis)

Sumber: