Sampah Plastik Amerika Serikat Masih di Sidoarjo, Mojokerto, dan Malang

Sampah Plastik Amerika Serikat Masih di Sidoarjo, Mojokerto, dan Malang

Surabaya, memorandum.co.id - Sampah plastik Amerika Serikat (AS) serta beberapa negara maju seperti New Zealand, Inggris dan Uni Eropa masih di jumpai desa-desa di Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, dan Malang. Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi menyebutkan, bahwa pemerintah mengabaikan dampak lingkungan akibat salah urus sampah impor, lantaran terdapat kandungan dioxin 80 kali lebih tinggi pada daerah tropodo yang menjadi salah satu lokasi pembakaran sampah impor. "Namun hingga kini belum ada upaya serius pemerintah dalam upaya rehabilitasi kawasan terdampak akibat kontaminasi dioxin," ujar Prigi, Minggu (28/3/3021). Prigi berharap pemerintah dapat lebih tegas menolak sampah impor, dan mendorong negara eksportir untuk ikut bertanggungjawab atas dampak sampah impor. "Masuknya sampah plastik dari AS di Pelabuhan Belawan merupakan sikap arogan USA yang harus disikapi serius pemerintah Indonesia dengan menolak dan merekspor sampah plastik ke USA" tandasnya. Untuk itu, Prigi mendesak Pemerintah AS agar membersihkan tumpukan sampah plastik yang dibuang di pedesaan sekitar pabrik kertas yang berasal dari Amerika, serta menjadi negara anggota Konvensi Basel untuk mendukung pengelolaan sampah plastik yang adil dan bertanggung jawab "Amerika Serikat harusnya bisa mengelola sampah di negaranya sendiri dan tidak menjadikan negara berkembang sebagai tempat pembuangan sampah. Perlu ada pengawasan di pelabuhan Amerika diperketat, sehingga tidak ada lagi sampah plastik dan kertas bercampur dan kotor yang dikirim lagi ke Indonesia," beber Prigi. Temuan Envigreen mencatat gunungan Sampah Impor di Pagak Malang di Sekitar pabrik kertas PT Ekamas Fortuna. "Masih banyak ditemukan gunungan sampah serpihan plastik dan kertas di sekitara pabrik Kertas Ekamas Fortuna, Sumberejo Pagak, Kepanjen, Malang,” ungkap Alaika, Koordinator Envigreen. Sampah-sampah plastik dari negara maju umumnya masih di import untuk gunakan sebagai bahan baku kertas namun masih ditemukan sampah-sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang hingga akhirnya dibakar. Captain River Warrior Thara Bening Sandrina mengungkapkan, bahwa masih ditemukan sampah plastik di Desa Bangun kabupaten Mojokerto dan Desa Gedangrowo Kabupaten Sidoarjo. "Pemerintah masih setengah hati dalam mengendalikan datangnya sampah impor. Pihaknya meminta keseriusan Pemerintah Indonesia agar negeri ini tidak dijadikan tempat sampah," terangnya. Hal ini bertolak belakang dengan fakta meningkatnya jumlah ekspor plastik bekas dari Amerika Serikat ke negara-negara miskin dari 45 juta ton menjadi 48 juta ton pada Januari 2021. Thara menilai bahwa, hal tersebut merupakan aktivitas yang ilegal. Indonesia tidak diperbolehkan menerima limbah atau sampah plastik dari Amerika Serikat yang bukan negara anggota Basel Convention. Lantaran, Indonesia telah meratifikasi Basel Amendments, dengan mengeluarkan peraturan baru tentang perdagangan plastik dan limbah non-B3 lainnya untuk keperluan industri. "Ini kan tidak adil, karena Amerika Serikat harusnya mengerem pengiriman sampah plastik ke negara berkembang seperti Indonesia," pungkas Thara. (mg-1/fer)

Sumber: