Setahun Didera Siksaan, Perempuan Berputra Satu Menggugat Cerai (1)

Setahun Didera Siksaan, Perempuan Berputra Satu Menggugat Cerai (1)

Suami Pulang Terlambat dalam Kondisi Mabuk

Kesabaran Geysha (nama samaran) habis juga. Akhirnya ia menuntut cerai setelah mendapatkan perlakuan kasar setahun belakangan dari suaminya, Tomi (nama samaran juga). Enam tahun menikah dengan Tomi, Geysa dikaruniai seorang buah hati bernama Vino. Mereka tinggal di sebuah rumah kos. Tomi bekerja sebagai sopir Valley di salah satu mall, sedangkan Geysha seorang penjaga loket parkir. Selama pernikahan, mereka hidup dalam keadaan pas-pasan. Apalagi semenjak Geysha divonis mengidap penyakit TBC akibat terpapar asap kendaraan bermotor, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya. Setelah memutuskan keluar dari pekerjaan, Geysha kemudian mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan katering makanan. Pada suatu ketika, Geysha terlambat pulang karena ada kiriman banyak di pernikahan salah satu anak konglomerat di Surabaya. "Aku datang sekitar pukul enam malam. Sedangkan Tomi berangkat kerja pukul tujuh malam. Biasanya, sebelum dia berangkat aku siapkan makanan. Karena waktunya sudah mepet, aku membungkus makanannya untuk dimakan di tempat kerja," kata Geysha. Mengetahui Geysha terlambat pulang itu, Tomi merasa tidak terima. Tomi mengomel tak karuan hingga kata-kata kasar keluar dari mulutnya. "Padahal aku sudah minta maaf berkali-kali. Tapi dia seakan tak mau tahu. Hingga terjadi pertengkaran hebat. Dia memukuliku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sampai tidak masuk kerja waktu itu," ucapnya sedih. Setelah kejadian itu, Tomi menjadi sering uring-uringan kepada Geysha. Kesalahan kecil bisa terlihat besar di mata Tomi. Setiap bertengkar, Geysha selalu mendapat pukulan atau tamparan. "Perlakuan Tomi kepadaku sengaja aku tutup-tutupi, baik di depan keluargaku maupun keluarganya. Aku tak ingin masalah rumah tangga kami diketahuis siapa pun," tuturnya. Sampai pada puncaknya, Geysha kehabisan kesabaran. Tomi pulang terlambat. Alasannya dia sedang nongkrong bersama teman-temannya. Namun, ketika pulang Tomi dalam keadaan mabuk. "Ketika kutanya dari mana, dia langsung marah. Dan lagi, sebuah pukulan mendarat di kepalaku. Aku langsung menangis karena merasakan sakit yang luar biasa. Kepalaku pusing, untung saja aku tak pingsan," keluhnya. Keesokan harinya aku terbangun dan memikirkan kejadian semalam. Pergolakan batin pun terjadi. Ia ingin menceritakan perbuatan Tomi kepada orang tua dan orang tuanya. Aku tahu resikonya. Aku akan berpisah (cerai) dari Tomi tapi aku mengingat anakku," katanya, sedih. (mg5/jos, bersambung)     Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: