Epidomiolog Unair: Sekuensing Jadi Kunci Tracing Strain B117
Surabaya, memorandum.co.id - Mutasi Corona Strain B117 jadi tantangan baru dan peringatan keras bagi Satgas Covid-19. Varian baru Covid-19 ini sudah masuk ke Indonesia sejak Januari lalu. Masyarakat pun diharap lebih waspada karena varian baru ini diklaim lebih cepat menyebar. Pakar Epidemiologi Unair, Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari mengatakan, kasus yang ada di luar negeri Strain B117 tidak meningkatkan severitas atau keparahan yang ditimbulkan. Namun, dari penelitian secara in-vitro didapati potensi peningkatan penularan sebesar 40 hingga 80 persen. "Sehingga dibutuhkan upaya antisipasi yang lebih terfokus pada pencegahan potensi peningkatan penularan di hulu, bukan pada antisipasi peningkatan keparahan gejala di hilir atau di rumah sakit," jelas Atoillah, Jum'at (19/3/2021). Sebelumnya, Stuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menemukan enam sampel Strain B117 yang tersebar di tiga provinsi pada periode pengumpulan sampel Bulan Januari dan Februari 2021. Selain temuan 2 kasus di Karawang, Jawa Barat, telah dikonfirmas 4 kasus lainnya yang masing-masing di Palembang, Sumatera Selatan pada 11 Januari, Kalimantan Selatan pada 6 Januari, Medan, Sumatera Utara 28 Januari, dan Balikpapan, Kalimantan Timur pada 12 Februari. "Temuan ini berdasarkan data whole genome sequencing (WGS) yang dihimpun oleh pemerintah hingga 7 Maret 2021. Sudah ada 539 sequences genetic terkumpul, dan 515 diantaranya merupakan pelacakan sequences yang lengkap," ungkap Atoillah. Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu menyebutkan bahwa penemuan kasus Strain B117 di Indonesia lebih banyak dikarenakan adanya penelitian laboratorium, di mana pada sampel darah pasien dilakukan sequencing atau pengurutan utas RNA. Pasalnya hal tersebut bukan merupakan pemeriksaan rutin. "Dalam sekuensing, RNA virus di baca semua, tidak hanya sekedar mendeteksi positif atau negatif saja,” terang Atoillah. Baginya, sekuensing menjadi salah satu cara tepat untuk mendeteksi adanya penularan Strain B117 di Indonesia. Hanya saja, dalam upaya testing yang lebih masif tidak semua sampel pasien di Indonesia bisa dilakukan sequencing dan sequencing sendiri membutuhkan biaya yang besar. Atoillah menjelaskan bahwa infeksi dari suatu mutasi virus bisa dicegah oleh vaksin yang ada atau tidak tergantung letak dan bentuk mutasinya. Karena pada prinsipnya, mutasi virus tersebut berpengaruh terhadap penyusunan RNA dalam, yang nantinya diharapkan akan bisa dikenali oleh antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksinasi tersebut. "Melalui vaksinasi, tubuh kita diajari vaksin untuk mengenali utas RNA tertentu dan bila ternyata virus ini (Covid-19) bermutasi, selama mutasi itu tidak mengubah utas RNA yang akan dikenali oleh antibodi kita, mutasi apa pun dan di mana pun, tubuh kita akan tetap bisa mengenali dan mencegahnya untuk bereplikasi dalam tubuh kita,” pungkas Atoillah. (mg1)
Sumber: