Perjalanan Rumah Tangga Hasil Perjodohan Orang Tua (2-habis)

Perjalanan Rumah Tangga Hasil Perjodohan Orang Tua (2-habis)

Minggat ke Rumah Orang Tua, Malah Diharap Tak Kembali

Semenjak kejadian itu Yuni menjalani kehidupan rumah tangga yang hambar. Ia sadar tak dapat memaksa Yudha agar menjadi suami yang ia inginkan. "Hari berganti hari hingga bulan berganti bulan, selalu sama bagiku. Sekalipun aku telah berusaha menjadi istri yang baik, tetap saja sikap Yudha kepadaku dingin," katanya, kesal. Dalam keseharian, Yudha berangkat pagi, pulang malam, dan langsung tidur. Yudha sangat jarang bicara. Yang keluar dari mulutnya hanya kata iya dan engga. Itu saja. "Aku sempat putus asa. Ingin aku ceritakan kelakuan Yudha ke kedua orang tuaku. Tapi aku tidak berani. Aku takut malah jadi pertengkaran," keluhnya. Suatu hari, pernah Reyna meninggalkan rumah milik Yudha itu dalam keadaan kosong. Ia berada di rumah orang tuanya selama beberapa hari. Namun, Yudha tak mencarinya. "Aku benar-benar dianggap sebagai orang lain olehnya. Dia tak mencariku," kata dia. Saat di rumah orang tuanya, Reyna ditanya kenapa selama hampir setahun belum hamil jugal, padahal mereka sangat menantikan seorang cucu. "Pertanyaan itu sebetulnya sangat menyakitkanku. Tapi, untuk menenangkan hati kedua orang tuaku, aku hanya bisa bilang mungkin belum waktunya. Aku telah membohongi kedua orang tuaku," sesalnya. Tak hanya itu, kedua orang tua Reyna juga menanyakan apakah suaminya tidak apa-apa jika ia berlama-lama di rumah orang tuanya. Kembali Reyna berbohong, ia mengatakan Yudha sedang dinas luar kota selama seminggu. " Untuk menutupi kondisi rumah tanggaku, aku berbohong lagi," tuturnya. Setelah satu minggu, waktu pulang ke rumah, ternyata sikap Yudha tetap biasa saja. Reyna kemudian menanyakan kepada Yudha kenapa ia tak mencarinya saat tidak berada di rumah orang tua. "Aku lagi-lagi terperanjat mendengar jawaban Yudha. Ia bilang, 'Tidak apa-apa. Malah lebih baik kamu tidak ke rumah ini selamanya'," ucapnya menirukan perkataan Yudha. Setelah mendengar jawaban sinis Yudha, hati Reyna seakan teriris-iris. Perasaan sakit, marah, sedih, bercampur jadi satu. Ingin ia meluapkannya di depan Yudha, lagi-lagi ia tak berani. "Ingin saya marah waktu itu. Tapi saya tak berani melakukannya," ujarnya. Hingga puncaknya, pada pertengahan tahun kedua pernikahannya, Reyna merasa sudah tak sanggup bersabar dengan sikap Yudha kepadanya. "Aku telepon Yudha yang saat itu ia sedang bekerja. Aku katakan kalau aku ingin bertemu dengannya malam itu," katanya. Sepulang Yudha dari kantornya, ia langsung duduk di sofa ruang keluarga. Reyna yang sudah menunggunya dari tadi kemudian menghampirinya. "Aku pertanyakan kejelasan rumah tanggaku dengannya. Dia mengatakan 'Ya jalanin sajalah-. Mendengar itu, aku yang sudah tak tahan langsung minta cerai. Aku katakan buat apa berumah tangga jika tidak ada cinta di dalamnya," tegas Reyna. Mengetahui permintaan Reyna, Yudha malah tersenyum. Senyum puas Yudha yang membuat Reyna semakin marah. "Lalu dia bilang, 'Baiklah, siapkan semua surat-suratnya, besok aku yang akan mengurusnya'," kata Reyna menirukan ucapan Yudha. Air mata Reyna akhirnya jatuh di pipi. Selama hampir dua tahun pernikahannya, ternyata sia-sia ia mempertahankannya. "Sejak saat itu, Yudha tak pernah kembali ke rumah. Ia menyuruhku kembali ke rumah orang tuaku untuk menunggu surat cerai yang diurusnya," tandasnya. (mg5/jos, habis) Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: