Harga Cabai Naik, Industri Sambal Rumahan Terancam Gulung Tikar
Surabaya, memorandum.co.id - Melonjaknya harga cabai rawit di Kota Surabaya dan sekitarnya masih sangat tinggi, yakni di atas Rp 100 ribu per kilogram di tingkat pengecer. Pengusaha kecil, terutama pemanfaatan produk dengan bahan baku cabai mengaku terancam jika kondisi ini tak juga membaik. Annisa Widi (35), pemilik usaha sambel rumahan mengaku akan menghentikan produksinya jika harga cabai tidak kunjung turun. Apalagi kalau bahan-bahan dan komponen lain seperti bawang merah dan bawang putih juga ikut-ikutan naik. "Jika nanti bahan-bahan lainnya ikut naik, terpaksa harus berhenti produksi. Pastinya biaya produksi terlalu tinggi," ujar Annisa saat diwawancarai memorandum.co.id, Rabu (6/1/2021). Annisa memulai usaha pada awal 2018, tetapi baru sekarang ini mengalami harga cabai melebihi Rp 100 ribu. Harga paling tinggi yang pernah dia temui pada harga Rp 80 ribu per kilogram. Kendati harga cabai terus naik, dirinya tidak menaikkan harga jual produknya per kemasan. Akibatnya keuntungan yang diterimanya berkurang secara drastis. "Laba penjualan menurun sampai 50 persen dibanding kalau harga cabai normal," lanjut Annisa. Ada produksi tiga jenis varian sambal, yakni Sambal Cumi dengan harga Rp 25 ribu per botol, Sambal Terasi dan Sambal Bawang dengan harga Rp 23 ribu per botol. Penjualan dilakukan melalui instagram dan facebook. Setiap bulan, rata-rata mampu menjual hingga 100-150 kemasan. Annisa mengaku tidak melakukan banyak penimbunan produknya, karena terkait kualitas rasa. Produknya dibuat sesuai jumlah pesanan yang datang. "Sehari memproduksi sekitar 10 botol sampai 25 botol, kadang juga bisa sampai 50 botol kalau rame orderan," pungkas Annisa. Bahan baku yang dibutuhkan juga cabai-cabai yang berkualitas agar hasil produknya bisa di terima oleh konsumen dengan baik. Dirinya berharap harga cabai bisa segera kembali ke harga normal. Idealnya harga cabai, katanya di kisaran harga Rp 35.000 per kilogram.(x-4)
Sumber: