Tokoh Lintas Agama di Bojonegoro Menolak People Power

Tokoh Lintas Agama di Bojonegoro Menolak People Power

BOJONEGORO - Seruan untuk menolak adanya people power yang didengungkan oleh sekelompok masyarakat yang menolak hasil Pemilu 2019, tidak hanya datang dari tokoh agama Islam saja. Di Bojonegoro Pendeta Stefanus yang merupakan tokoh agama Kristen di Bojonegoro juga menolak adanya aksi untuk melakukan gerakan people power karena gerakan tersebut merupakan gerakan inskonstitusional. Hal itu terungkap saat Stefanus menghadiri acara Forum Grup Diskusi (FGD) yang diselenggarakan oleh Polres Bojonegoro bertempat di Aula AP 1 Rawi Polres Bojonegoro yang dilaksanakan dalam rangka cipta kondisi. Menciptakan situasi yang aman dan kondusif selama Ramadan di wilayah hukum Polres Bojonegoro. Hadir dalam acara diskusi tersebut Ketua FKUB Kabupaten Bojonegoro, Ketua I Bamag Kabupaten Bojonegoro, PJU Polres Bojonegoro, Kanit Binmas jajaran Polres Bojonegoro,  Dai Kamtibmas jajaran Polres Bojonegoro dan Pendeta Kamtibmas jajaran Polres Bojonegoro. Saat memberikan sambutan, Stefanus mengatakan bahwa mengenai hasil Pemilu 2019, Pendeta Stefanus mengajak seluruh masyarakat untuk bersabar dan menunggu hasil keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei 2019 nanti. Selain itu, apapun hasilnya nantinya agar seluruh elemen masyarakat harus ikhlas menerima apapun hasil resmi yang telah diputuskan oleh KPU. Kerana itu merupakan hasil dari suara rakyat saat melakukan pemungutan suara Pemilu tanggal 17 April 2019 lalu. "Apapun hasilnya nanti, tetap rakyat yang menang. Karena itu merupakan hasil aspirasi rakyat Indonesia", ucap Stefanus. Usai pelaksanaan pemilu, Stefanus juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu sebagai saudara setanah air siapaun pemimpinnya nanti yang terpilih. Selain itu, juga agar membangun komunikasi dengan baik antar sesama agar tidak mudah terhasut oleh berita atau isu yang tidak benar,  sehingga dapat membuat perpecahan bangsa. "Masyarakat Indonesia harus bisa menjaga diri agar tidak terjadi perpecahan dan masyarakat dapat membangun bangsa yang lebih maju," imbuh Stefanus. Munculnya kelompok radikalisme yang saat ini mulai banyak muncul, Stefanu mengajak untuk menjadi hal yang perlu kita waspadai bersama. "NKRI merupakan harga mati, mari kita jaga bersama keutuhanya", pungkas Stefanus. Diakhir acara dilaksanakan deklarasi dari semua tokoh lintas agama untuk menjaga keutuhan NKRI, mematuhi aturan perundang - undangan, menolak people power karena merupakan tindakan yang inkonstitusional, menjaga kebersamaan semua eleman masyarakat, menjaga Bojonegoro tetap aman damai dan sejuk serta selalu berdoa dan berdzikir untuk keamanan bangsa dan negara Indonesia. (top/har/tyo)

Sumber: