Membentuk Kejujuran
SURABAYA - Bagi kaum muslim, Ramadan merupakan bulan yang mulia. Tidak heran, seluruh umat muslim berlomba-lomba untuk khusyuk beribadah dan berbagi kepada masyarakat umum. Hal itu juga yang dirasakan Ketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdussomad Buchori. Menurut Abdussomad, menjalankan ibadah puasa sangat bermanfaat bagi seseorang. Di samping untuk ibadah dan menempa diri, puasa dapat membangun kepribadian dan kedisiplinan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, Ramadan, kita juga bisa mengambil hikmah yang sebesar-besarnya. Sehingga bisa membentuk seseorang menjadi jujur. "Ramadan itu dapat membentuk kejujuran, kedisiplinan, saling tolong menolong, lalu membangun silaturahim terhadap sesame manusia," jelas dia. Abdussomad menjelaskan, puasa sejatinya tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya Matahari. Di sisi lain, puasa diharapkan mampu meningkatkan kualitas diri secara individu maupun sosial. "Artinya, selain mendekatkan diri kepada Allah, puasa juga diharapkan mampu meningkatkan kepedulian serta tolong menolong terhadap sesama," kata kiai berusia 76 tahun ini. Abdussomad juga menerangkan, ada tiga tahapaan selama tiga puluh hari melaksanakan puasa di Ramadan. Yakni di sepuluh hari pertama tentang rahmat yang diturunkan, lalu sepuluh hari pertengahan adalah pengampunan, sedangkan sepuluh hari yang terakhir pembebasan dari api neraka. "Sehingga Ramadan kalau dilakukan dengan baik, ketika hari raya akan kembali seperti bayi suci (fitri, red). Idul Fitri itu maknanya suci seperti bayi dilahirkan dan tidak mempunyai dosa," ungkap Abdussomad Buchori. (x/nov)
Sumber: