Nasib Perempuan-Perempuan Korban Playboy on Facebook (1)

Nasib Perempuan-Perempuan Korban Playboy on Facebook (1)

Dipameri Rumah Cekli di Bambe dan Motor Keluaran Baru

Hati Hana (samaran) berbunga-bunga ketika ditembak seorang pemuda, sebut saja Bandi. Apalagi, tidak lama setelah jadian, Hana ditunjuki rumah baru di kompleks perumahan kawasan Bambe. Rumahnya cekli. Cocok untuk keluarga baru. Fakta ini benar-benar menyenangkan dan tidak terduga. Sebab, Bandi relatif baru dikenal Hana. Belum sampai setengah tahun. “Kami kenalan lewat Facebook,” kata Hana seperti ditirukan seorang pengacara, sapa saja Ikin, belum lama ini. Di samping Hana duduk seorangg perempuan cantik, sebut saja Welas. Tak hanya pamer rumah, Bandi juga menunjukkan motor barunya, Suzuki GSX-R250. Pokoknya keren abis. Dengan motor itulah Bandi mengajak Hana keliling kota dan mampir ke Bambe. Puas berkeliling kota, Bandi tidak segera memulangkan Hana. Gadis lesung pipi itu dibablaskan ke wana wasata air panas Padusan, Pacet. Di sana mereka tidak hanya makan dan mandi air hangat. Bandi juga membujuk Hana agar mau bermalam di vila. Alasannya, terlalu malam bila memaksakan diri pulang. Selain itu, Bandi mengaku amat lelah. Dia khawatir terjadi sesuatu di jalan. Hana menolak. Takut diapa-apain Bandi. Sebab, dia sering mendengar banyak gadis kehilangan kehormatan karena direnggut pacarnya yang baru dikenal lewat Facebook. Bandi tidak memaksa. Setelah makan malam, mereka bergegas nyengklak GSX-R250 dan berjalan pelan-pelan menapaki jalan menurun. Udara dingin. Angin berhembus kencang sampai terdengar nguing-nguing di telinga. Hana yang berpegangan pada pinggiran sadel diminta Bandi merangkul dadanya. “Berbagi kehangatan,” kata Bandi, disusul tawa. Bercanda. Hana menolak. Dia justru mempererat pegangannya pada sadel. Tiba-tiba motor melintasi gundukan dan terjadi guncangan. Refleks Hana melingkarkan tangan ke perut Bandi. “Gitu dong lebih mesra dan hangat,” kata Bandi. Perjalanan dilanjut. Namun, tak lama kemudian mesin mbrebet. Bandi turun dan mencoba mengutak-utik bagian mesin. Setelah itu di-starter. Tetap mbrebet. “Waduh, jam segini masa ada bengkel yang masih buka,” kata Bandi. Ngedumel sambil garuk-garuk kepala. Bandi tolah-toleh. Udara semakin menusuk tulang disertai angin yang menampar-nampar. “Terpaksa kita menginap. Andai saja masih ada bengkel,” kata Bandi sambil menuntun motor. “Vila Mas?” tanya dua orang pemuda mendekati Bandi dan Hana. Mereka datang entah dari mana. Tidak kelihatan. Pendangan tertutup kabut tebal. Hana hanya mengawasi ketika terjadi transaksi antara Bandi dan dua pemuda tadi. Gerimis mulai turun. Mereka lantas bergegas mendekati vila yang berdiri di sisi kanan jalan. Anda tiga vila yang dibangun di atas tanah berkontur seperti tangga. Pemuda tadi lantas memberikan kunci dan bergega pergi. “Jangan khawatir, aku tidak akan ngapa-ngapain kamu,” kata Bandi sambil membuka pintu vila. “Kamu tidur di ranjang ini, aku di sofa,” kata Bandi. Hana terkesan atas kesopanan pemuda yang lumayan handsome itu. Dia menyesal telah menduganya macam-macam. Mereka lantas berbincang-bincang ringan sebelum berangkat tidur. Tiba-tiba terlihat cahaya terang di luar, disusul suara menggelegar. Petir. Spontan Hana melompat dari ranjang dan merangkul Bandi. “Aku takut,” katanya, lirih. Bandi tersenyum. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih      

Sumber: