Suami dan Ayah Masa Kini yang Hidup bak Zaman Jahiliyah (5 – habis)

Suami dan Ayah Masa Kini yang Hidup bak Zaman Jahiliyah (5 – habis)

Dikabari Ibuk bahwa Bapaknya Tidak Ada, tapi Ternyata…

Masuk Jombang, Risa mengeluh perutnya perih. Melilit-lilit. Waktu makan malam tadi tampaknya kebanyakan sambal dan lalapan. Agus membelokkan mobil ke rest area. Nahas. Baru masuk toilet, listrik padam. Celakanya lagi, menyala sebentar, mak-pet lagi. Jensetnya meledak dan terbakar. Terpaksa Risa beraktiitas di dalam toilet dalam kegelapan. Horor. Selesai Risa berhajat, perjalanan dilanjutkan. Pelan-pelan, namun akhirnya sampai juga di Solo. Agus langsung menuju rumah. Sepi. Pagarnya terkunci rapat. “Kita ke rumah sakit saja. Mungkin pengurusan jenazah Bapak belum selesai,” kata Agus. Sampai di rumah sakit, Agus dan Risa mencoba melihat kamar tempat ayahnya diopname tempo hari. Dari jauh mereka melihat Sarkem, pembantu rumah tangga orang tuanya, guyon sama perawat. “Lho Kem, Bapak gimana?” tanya Agus. Sarkem menolah. Agak kaget, “Bapak teksih sare. Ibuk teng lebet.” “Lho, jarene…” tidak melanjutkan kalimatnya, Agus menggandeng Risa masuk kamar. Ibunya sedang salat. Mungkin salat Duha. Sedangkan ayahnya tampak tertidur pulas. Wajah Agus terlihat seperti orang kebingungan. Ditunggunya ibunda yang sedang  salat. Begitu selesai, Agus langsung mendekati ibunya, “Lho Buk, kok Njenengan ngendikan Bapak tidak ada?” “Maksudmu?” “Di telepon tadi.” “Di telepon? Tadi Ibuk mau bilang Bapak tidak ada kendaraan untuk pulang besok. Mobilnya dipakai adikmu ke Semarang. Sejak Senin. Mungkin baru pulang Sabtu.  Lha Bapak hari sudah diperbolehkan pulang. Bisa rawat jalan. Ibuk belum selesai bicara, eee… sambungan telepon kau putus.” Agus menoleh ke arah istrinya. Tersenyum. Risa tidak menanggapi. Pura-pura mainan HP. Ibu terus berbicara dengan Agus. “Tadi malam Ibu mau mina kamu transfer untuk naksi. Karena telepon putus, akhirnya kuhubungi adikmu. Insya Allah rumah kita yang di Semarang sudah laku. Adikmu sedang mengurusinya. Sekalian ngapel pacarnya. Memberi surprise. Terpaksa ia pulang hari ini. Mungkin masih dalam perjalanan.” “Maaf,” kata Agus sambil memeluk Risa. Bersamaan dengan itu HP ibunda berdering. Keras. Berkali-kali. Dicari di dalam tas, tidak segera ditemukan. Tas diubek-ubek. Entah terselip di mana. “Dari adikmu. Tapi yang bicara kok orang lain ya?” kata sang ibu setelah HP ditemukan, “Halo. Halo. Halo. Apa?” Ibunya lantas diam. Jatuh terduduk. “Ibuk? Adik kenapa Buk?” kata Agus. (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih      

Sumber: